Danantara Bocorkan Syarat Tender WTE Bagi Pelaku Usaha
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mengemban amanat sebagai anchor investor sekaligus penyelenggara tender proyek Waste to Energy (WtE) atau pengolahan sampah menjadi energi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 109 Tahun 2025.
Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja mengatakan, kehadiran proyek WtE ditujukan untuk mengatasi isu darurat sampah. Setelah masalah sampah teratasi, barulah WtE dapat dikembangkan lebih lanjut ke arah pemanfaatan energi yang bersumber dari sampah.
"Dari kacamata Danantara, yang pertama itu bukan masalah menghasilkan energi, itu target yang kedua. Target pertama adalah bagaimana kita bersama-sama melalui program Waste to Energy ini bisa mengatasi isu darurat sampah," ujar dia dalam Waste to Energy Investment Forum 2025, Kamis (20/11/2025).
Menurut dia, penanggulangan sampah menjadi isu yang penting untuk diperhatikan. Apalagi, sampah tidak hanya bersifat kotor, melainkan juga menimbulkan masalah bagi kesehatan hingga emisi gas rumah kaca jika tidak ditangani dengan benar. Ketika masalah darurat sampah mulai bisa teratasi, proyek WtE dapat dilaksanakan secara efektif melalui investasi pada teknologi yang mampu menghasilkan energi optimal.
Bila mengacu pada Perpres No. 109 Tahun 2025, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) akan mendaftarkan kota-kota yang sudah siap menggelar proyek WtE. Ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi suatu kota, seperti jumlah minimal sampah sebanyak 1.000 ton per hari serta ketersediaan lahan dan infrastruktur pendukung.
"Itu semua nanti dari Kementerian Lingkungan Hidup akan diperiksa dan akhirnya dikirim ke Danantara kalau kota tersebut sudah dianggap siap," imbuh Stefanus.
Berdasarkan data yang dikirimkan oleh KLH, ada empat kota yang sudah siap mengikuti tender proyek WtE. Di antaranya adalah Bogor, Bekasi, Denpasar, dan Yogyakarta. Danantara bersama KLH juga masih melakukan tinjauan dan finalisasi terhadap beberapa kota lain yang layak ikut tender tersebut.
"Ada beberapa juga yang sudah diusulkan Kementerian Lingkungan Hidup, mungkin kita agak ditunda dulu karena kesiapan lahannya belum ada. Tapi kita akan mulai dengan empat ini dan sudah mulai tendernya," jelas dia.
Bersamaan dengan proses pelaksanaan tender, Danantara juga telah menyusun daftar penyedia teknologi untuk proyek WtE yang memenuhi kriteria dari sisi kompetensi, kapabilitas, rekam jejak, dan kondisi finansial.
Berdasarkan kriteria tersebut, Danantara turut mengundang 24 perusahaan penyedia teknologi dari berbagai negara seperti China, Jepang, dan Eropa untuk ikut tender proyek WtE. Perusahaan tersebut diharapkan membentuk konsorsium dengan pemain lokal, baik itu BUMN, BUMD, ataupun perusahaan swasta nasional.
"Mereka kita harapkan bikin partnership, bikin konsorsium, dan bersama-sama melakukan submission proposal terhadap tendernya Danantara," jelas Stefanus.
Pasalnya, Stefanus menyebut bahwa PLTSa adalah proyek besar maka investor besar diwajibkan menggandeng investor lokal.
"Jadi ada semangat untuk melakukan transfer knowledege dan pengembangan pemain lokal, dengan menunjukkan konsorsium value apa yang dibawa oleh pemain lokal meski skala belum besar namun mereka yang lebih paham, kota atau kabupaten setempat," jelas Stefanus.
Menurutnya, proyek PLTSa ini investasinya cukup besar mecapai Rp2,5 triliun hingga Rp 3 triliun. Adapun yang paling mungkin bisa dikerjasamakan oleh pemain lokal adalah masalah logistik.
"Belum ada pemenangnya, namun kami akan mencoba bahas demi memastikan pemain lokal juga tidak dirugikan," tegas Stefanus.
Sebagai informasi, rencana waste to energy dibuat bertujuan untuk menanggulangi kedaruratan sampah. Stefanus mengatakan isu sampah menarik bagi investor karena investasi ini bagian dari green economy untuk penanggulangan masalah lingkungan. Dari awal buka proses pemilihan ada yang registrasi 200 sampai submission sampai 60 minatnya cukup tinggi.
Dia menerangkan, bahwa kapasitas sampah yang feasible bagi investor pengembang energi untuk awalan adalah sekitar 1.000 ton per hari. Selain itu, hal terpenting lainnya adalah lahan serta infrastruktur.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]