AS 'Boikot' KTT G20 di Afsel, Trump Dipastikan Tak Datang
Jakarta, CNBC Indonesia - Afrika Selatan (Afsel) resmi menggelar KTT G20 pada 22-23 November dengan fokus besar pada isu keringanan utang dan ketimpangan global. Namun, sorotan tajam justru mengarah pada absennya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang memutuskan tidak menghadiri forum strategis tersebut di tengah hubungan yang memanas dengan Pretoria.
Presiden Cyril Ramaphosa menyebut ketidakhadiran Amerika sebagai langkah yang merugikan Washington sendiri. Sebagai informasi, AS merupakan negara paling kuat di G20 yang mewakili sekitar 85% PDB global bersama anggotanya.
"Ketidakhadiran mereka adalah kerugian mereka," ujar Ramaphosa menjelang penyelenggaraan KTT, seperti dikutip AFP, Rabu (19/11/2025).
Pemboikotan ini mencerminkan pola serupa yang dilakukan pemerintahan Trump sebelumnya, termasuk menolak mengirim delegasi resmi ke COP30 di Brasil dan menarik diri dari Perjanjian Paris. AfSEL bahkan terkena tarif impor AS sebesar 30%, memperburuk hubungan kedua negara.
Perlu diketahui, fokus KTT tahun ini mengusung tema "Solidaritas, Kesetaraan, Keberlanjutan", menempatkan keringanan utang sebagai prioritas utama. Pretoria menilai beban bunga utang membuat negara berkembang sulit berinvestasi pada sektor kritis seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.
Ramaphosa juga akan mendorong pembentukan Panel Ketimpangan Internasional, menyerupai model IPCC, untuk mengatasi ketimpangan global yang semakin ekstrem. Sebuah laporan G20 yang dipimpin ekonom peraih Nobel Joseph Stiglitz menilai ketimpangan kekayaan kini menjadi "krisis yang mengancam demokrasi dan kohesi sosial."
"Jika panel ini diadopsi, ini kemenangan signifikan bagi negara-negara selatan yang selama ini suaranya terpinggirkan," kata peneliti dari Pusat Hak Asasi Manusia Universitas Pretoria, Tendai Mbanje.
Namun, konsensus final masih dipertanyakan. Delegasi Argentina disebut bersikap obstruktif, sementara Presiden Javier Milei, sekutu dekat Trump, ikut memboikot KTT. Ketidakhadiran AS dan Argentina berpotensi memecah pembahasan.
Sementara itu, China diprediksi mengambil panggung lebih besar. Meski bukan Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri (PM) Li Qiang akan hadir dan mengadvokasi multilateralisme.
"Globalisasi ekonomi dan multipolaritas tidak dapat diubah," ujarnya dalam pertemuan sebelumnya.
Rusia juga hadir melalui penasihat ekonomi Maxim Oreshkin, bukan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov. KTT ini berlangsung sehari setelah penutupan COP30 di Brasil, yang hasilnya berpotensi mempengaruhi diskusi di Johannesburg.
Pertemuan ini menutup rangkaian presidensi G20 oleh negara-negara Global Selatan, setelah India (2022-2023) dan Brasil (2024). AS akan mengambil alih pada 2026 dan telah menyatakan akan mempersempit fokus forum ke isu kerja sama ekonomi, yang rencananya digelar di Miami milik keluarga Trump.
(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Presiden Afsel Ramaphosa Undang Prabowo Hadiri KTT G20 di Johannesburg