Kisruh Jepang-China Makin Panas, Ini Dampak Ekonominya
Jakarta, CNBC Indonesia - Kisruh Jepang dan China makin memanas. Dampak ekonominya pun terasa, terutama bagi Jepang.
Perlu diketahui ekonomi Jepang memang sudah rapuh, terdampak oleh tarif Amerika Serikat (AS) dan penurunan investasi properti. Kini akibat perselisihan diplomatik antara Tokyo dan Beijing, pukulan baru menghantam negeri itu.
Kesal dengan komentar Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi terkait Taiwan, China sejak Jumat menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke negara tersebut. Saham-saham Jepang yang terdampak, bahkan anjlok 3% di Senin, terutama sektor pariwisata.
Namun tak hanya itu. Para ahli pun memperingatkan dampaknya bisa lebih parah dalam jangka panjang.
Perlu diketahui, wisatawan China Daratan merupakan kelompok turis terbesar ke Jepang sejauh ini pada tahun 2025. Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, mereka berjumlah sekitar 5,7 juta atau hampir 23% dari seluruh wisatawan Negeri Sakura.
"Ketegangan antara kedua kekuatan Asia tersebut dapat mengakibatkan penurunan PDB Jepang sebesar 1,79 triliun yen dalam satu tahun alias sebesar 0,29%," tulis CNBC International mengutip ekonom eksekutif di Nomura Research Institute, Takahide Kiuchi, Rabu (19/11/2025).
Berkaca pada masa lalu, wisatawan China Daratan ke Jepang sempat turun hampir 8% pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 ketika terjadi sengketa kepulauan di lepas pantai Jepang bagian barat pada bulan September 2012, yang dikenal sebagai Senkaku di Tokyo dan Diaoyu di Beijing. Kiuchi melihat risiko serupa dalam perkembangan situasi saat ini.
"Belanja perjalanan merupakan pendorong pertumbuhan yang sangat besar bagi ekonomi terbesar keempat di dunia, dengan pariwisata masuk menyumbang 0,4 poin persentase terhadap pertumbuhan PDB tahunan Jepang yang sebesar 0,1% tahun lalu," menurut Mastercard Economics Institute.
Hal sama juga dikatakan kepala divisi Jepang di Moody's Analytics, Stefan Angrick. Ia mengatakan penurunan tajam jumlah perjalanan China ke Jepang akan sangat "menyakitkan".
Angrick mengatakan bahwa jika kedatangan wisatawan Tiongkok berkurang setengahnya, pertumbuhan PDB Jepang dapat menyusut sebesar 0,2 poin persentase. Ini pun terlihat pada perselisihan diplomatik sebelumnya.
"[Ini] Bukanlah bencana besar, tetapi merupakan hambatan yang tidak diinginkan bagi perekonomian yang sudah kesulitan menemukan momentum," kata Angrick.
PDB Jepang pada kuartal-III (Q3) 2025 ini berkontraksi 0,4% secara berurutan, menandai kontraksi pertamanya dalam enam kuartal. Secara tahunan, perekonomian menyusut 1,8%.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Perang Asia, AS Pamer Rudal Ini di Jepang