Internasional

Bikin Bangga, Produk Mi Instan RI Jadi 'Raja Baru' Dunia

sef, CNBC Indonesia
Rabu, 19/11/2025 09:00 WIB
Foto: Karyawan menata mie instan di Supermarket Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produk mi instan asal Indonesia kini disebut sebagai "raja baru' dunia. Hal ini terlihat dari laporan Macquarie 12 November, sebagaimana dimuat laman Singapura, Business Times, dikutip Rabu (19/11/2025). 


Merek mi instan dari Indonesia disebut sedang naik daun dan menjadi pesaing tangguh di pasar negara berkembang. Bahkan tingkat pertumbuhannya sebesar 3-5% di November 2025.


"Ini merupakan kisaran terdepan, dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya," tulis laporan tersebut.

"China (hanya) memiliki tingkat pertumbuhan 2% hingga 3% sementara Filipina berada di angka satu digit rendah."

Satu-satunya negara yang bisa mengalahkan RI hanya Jepang. Di mana pertumbuhannya melampaui Indonesia, sebesar 6%.

"Mengingat popularitas ini, para pesaing mi yang ada di setiap negara telah meningkatkan portofolio produk mereka dengan meluncurkan produk-produk kelas atas, seperti bahan-bahan yang disempurnakan dan penambahan kemasan daging," tambah laporan itu.

"Kami juga melihat beberapa mi premium/super-premium tumbuh melampaui pasar secara keseluruhan, terutama produk-produk yang lebih sehat dan berkualitas tinggi," kata Macquarie.

"Pergeseran pola konsumsi ini khususnya menguntungkan merek-merek Jepang dan Korea yang dominan, yang berfokus pada inovasi produk dan membangun citra merek premium."

Perlu diketahui, di Indonesia, 87 hingga 90% pasar, dikuasai dua produsen mi instan teratas yakni Indofood CBP dan Wings. Bangkitnya pemain Indonesia di pasar mi instan global terjadi setelah akuisisi produsen mi instan Pinehill Group oleh Indofood CBP pada tahun 2020 senilai US$3 miliar.

Pinehill adalah produsen mi terbesar di Timur Tengah, melayani Arab Saudi, Mesir, Kenya, Turki, Serbia, dan Maroko. Perusahaan ini memiliki 12 fasilitas manufaktur di delapan negara untuk melayani total pasar yang dapat dijangkau sebanyak 550 juta pelanggan.

"Perusahaan ini juga memproduksi dan memasarkan mi merek Indomie di Timur Tengah, Afrika, dan sebagian Eropa Timur," kata para analis.

"Menurut pandangan kami, kawasan (Timur Tengah) menawarkan kombinasi yang menarik antara konsumsi per kapita yang rendah dan fundamental makro serta demografi yang menguntungkan," tambah Macquarie.

Indonesia juga merupakan pasar mi instan terbesar kedua di dunia pada tahun 2024 berdasarkan permintaan. Hal ini terungkap dari data Asosiasi Mi Instan Dunia, yang mencatat sekitar 14,7 miliar porsi konsumsi.

Berdasarkan konsumsi mi instan per kapita Indonesia pada tahun 2024, RI menempati posisi kelima dengan jumlah 51,7 porsi. Mengalahkan Jepang dan China daratan dengan masing-masing 47,8 dan 30,9 porsi.

Sementara itu, laporan Macquarie juga menjelaskan bagaimana permintaan mi instan di Asia Tenggara masih termasuk yang tertinggi di dunia. Selain RI, Thailand dan Vietnam juga menjadi penggemar produk ini.

Hal ini pun membuat beberapa perusahaan berekspansi. Seperti Uni-President di Vietnam dan Philippine 7-Eleven di Filipina.

Pasar AS

Di sisi lain, laporan Macquarie pun menyinggung bagaimana pasar Amerika Serikat (AS) kini dikuasai produk mi Korea Selatan (Korsel). Fenomena budaya yang kini "berpengaruh secara global" didorong "Korean Wave" dan viralitas media sosial menjadi penyebab.

"Perusahaan dengan strategi ekspansi luar negeri yang agresif, khususnya Samyang Foods, memiliki posisi yang baik untuk mengungguli pesaing yang bergantung pada pasar domestik yang stagnan, termasuk Nongshim," kata para analis.

"Kami yakin mi instan premium dengan inovasi produk yang kuat akan menjadi pendorong utama pasar AS, dan kami memperkirakan Samyang akan menjadi konsolidator utama," tambahnya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BPOM Buka Suara Taiwan Sebut Indomie Mengandung Etilen Oksida