Putra Mahkota Arab Saudi MBS '4 Mata' dengan Trump di AS, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) ke Amerika Serikat pekan ini memicu spekulasi besar. Untuk pertama kalinya sejak skandal pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2018, MBS akan bertemu "empat mata" dengan Presiden AS Donald Trump.
Pertemuan MBS-Trump digelar pada Selasa (18/11/2025) waktu setempat. Keduanya disebut bakal membahas pendalaman hubungan pertahanan, perdagangan, teknologi, kecerdasan buatan (AI), keamanan, hingga kerja sama energi nuklir.
Kunjungan ini terjadi setelah perjalanan Trump ke Riyadh pada Mei lalu, di mana Arab Saudi menjanjikan komitmen investasi dan perdagangan jumbo senilai US$600 miliar (sekitar Rp 10 ribu triliun). Menurut analis, Trump diperkirakan ingin mengunci realisasi komitmen tersebut.
"Amerika Serikat ingin Arab Saudi membeli lebih banyak barang dan jasanya serta meningkatkan investasi di perusahaan-perusahaan AS," ujar Tim Callen, peneliti tamu di Arab Gulf States Institute, seperti dikutip CNBC International, Rabu (19/11/2025).
"Di sisi lain, Arab Saudi mengupayakan akses lebih besar terhadap teknologi dan inovasi AS untuk mendukung reformasi ambisius Visi 2030," tambahnya.
Callen menambahkan, Forum Investasi AS-Saudi pada 19 November akan menjadi momentum penting untuk menekan lebih banyak kesepakatan ekonomi. Ia menilai Riyadh bukan hanya ingin menanam modal di AS, tetapi juga menginginkan aliran investasi dua arah.
"Tidak diragukan lagi bahwa investasi dan pembelian produk AS oleh Saudi akan meningkat," ujarnya.
"Tetapi investasi AS ke Arab Saudi justru berpotensi tumbuh paling kuat dalam beberapa tahun ke depan, seiring iklim investasi yang membaik, peluang Visi 2030, serta ketersediaan energi murah dan lahan luas untuk ekspansi AI dan aktivitas teknologi lainnya."
Rehabilitasi Citra dan Kekuatan Baru Riyadh
Kunjungan ini menjadi sorotan karena merupakan yang pertama sejak skandal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi mengguncang reputasi MBS di panggung global. Meski ia membantah memerintahkan pembunuhan tersebut, laporan intelijen AS menyimpulkan bahwa MBS menyetujui operasi itu.
Selama enam tahun terakhir, Riyadh bekerja keras memperbaiki citra, mulai dari diplomasi perdamaian di Timur Tengah hingga ambisi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Kebijakan-kebijakan ini dibingkai sebagai bagian dari transformasi besar kerajaan di bawah panji Visi 2030.
Di sisi geopolitik, posisi Arab Saudi juga menguat. Setelah Iran, musuh regionalnya, melemah akibat serangan gabungan AS dan Israel, Riyadh melihat peluang untuk memperkokoh dominasi dan menjadikan dirinya sekutu strategis utama Washington di kawasan.
Pertemuan MBS dan Trump kali ini pun dipandang sebagai langkah krusial. Bukan hanya untuk memperdalam kemitraan ekonomi dan keamanan, tetapi juga untuk memulihkan legitimasi MBS di mata Barat sembari mengukuhkan pengaruh Saudi di Timur Tengah.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Momen Hangat Prabowo dan Pangeran MBS, Tegaskan Persaudaraan 2 Negara