Sinergi Menuju Industri Rendah Karbon, Begini Jurus SUN Energy

Jakarta, CNBC Indonesia - SUN Energy senantiasa mempertegas perannya dalam mendukung transformasi energi bersih. Hal ini dibuktikan dengan partisipasi CEO SUN Energy, Emmanuel Jefferson Kuesar dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2025.

Melalui sesi Thematic Session on Industrial Decarbonization bertajuk "Building Collective Action for Industrial Decarbonization through Policy, Scalable Solutions, and Capacity Development.", Emmanuel bersama perwakilan dari PT PLN (Persero), Kementerian Perindustrian, KADIN Net Zero Hub, dan WRI Indonesia, bersama-sama membahas langkah kolaboratif untuk mempercepat transisi menuju industri rendah karbon.

Sebagaimana diketahui, transisi menuju industri rendah karbon menjadi agenda penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan Indonesia. Terlebih, dinamika pasar global juga menunjukkan peningkatan fokus pada investasi hijau dan bisnis rendah emisi.

Sebagai respons terhadap dinamika global dan komitmen menuju ekonomi rendah karbon, Indonesia telah mengambil langkah nyata dalam mempercepat transisi energi bersih. Berdasarkan RUPTL 2025-2034, kapasitas PLTS nasional diproyeksikan mencapai 17.1 GW.

Lebih jauh, dukungan pemerintah terhadap energi bersih juga tercermin dari peningkatan kuota PLTS Atap yang diperkirakan mencapai 2.073 MWp pada 2028. Sektor industri merupakan segmen terbesar yang belum dimanfaatkan sepenuhnya dan memiliki potensi signifikan dalam mendorong ekspansi energi surya di Indonesia.

Pada akhirnya, inisiatif tersebut menjadikan kolaborasi lintas sektor sebagai kunci untuk memperkuat daya saing industri nasional. Menjawab berbagai tantangan tersebut, SUN Energy terus memperluas perannya dalam mendukung transformasi energi bersih nasional melalui inovasi dan kolaborasi.

Tidak hanya menghadirkan solusi PLTS Atap, saat ini SUN Energy juga menyediakan layanan distribusi Battery Energy Storage System (BESS), Fleet-as-a-Service, hingga pengolahan air berkelanjutan.