RI Punya Pabrik Petrokimia Terbesar ASEAN di Banten, Ini Pemiliknya
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini resmi memiliki pabrik petrokimia raksasa setelah New Ethylene Project milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) mulai beroperasi di Cilegon, Banten, Kamis (6/11/2025). Fasilitas ini menjadi pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara.
LCI merupakan bagian dari grup perusahaan kimia raksasa, Lotte Chemical Corporation, yang berpusat di Korea Selatan.
Proyek hasil kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) tersebut menelan investasi sekitar US$ 3,9 miliar atau setara Rp 62,4 triliun. Selain menjadi yang terbesar di ASEAN, pabrik ini juga merupakan kompleks Naphta Cracker pertama di Indonesia dalam 30 tahun terakhir.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan proyek petrokimia yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut sejatinya telah diinisiasi sejak 2020 lalu.
"Dan menjadikan salah satu investasi petrokimia terbesar di Asia Tenggara. Jadi proyek ini terbesar di Asia Tenggara, mereka punya juga ada Lotte di Malaysia, tapi di sini yang paling besar," kata Bahlil dalam peresmian pabrik LCI, Banten, dikutip Senin (10/11/2025).
Proyek ini merupakan bagian dari program strategis hilirisasi di sektor Minyak dan Gas Bumi, yang dilaksanakan berkat inisiasi Menteri ESDM. Pembangunan dimulai sejak tahun 2016 dan pabrik mulai beroperasi komersial pada bulan Oktober 2025.
Apabila beroperasi penuh, fasilitas ini akan menghasilkan produk hilirisasi minyak dan gas bumi (migas) senilai US$ 2 miliar/tahun. Di mana US$ 1,4 miliar merupakan substitusi impor dan US$ 600 juta berkontribusi pada peningkatan ekspor nasional.
"Dari total kapasitas produknya sekitar 70% akan dipasarkan di dalam negeri dan 30%-nya di luar negeri," beber Bahlil.
Di pabrik ini, bahan baku berupa Naphta (3,200kTA) (LPG 0~50%) menjadi Produk Hulu dan Produk Hilir. Adapun produk hulu berupa Ethylene (1,000kTA), Propylene (520kTA), Mixed C4 (320kTA), Pyrolysis Gasoline (675kTA), Pyrolisis Fuel Oil (26kTA), dan Hydrogen (45kTA), serta produk hilir berupa High Density Poly Ethylene (250kTA), Linear Low Density Poly Ethylene (200kTA), Poly Propylene (350kTA), Butadine (140kTA), Raffinate (180kTA), Benzene, Toluene, Xylene (400kTA).
Produk-produk tersebut akan menjadi bahan baku penting pembuatan botol plastik, kabel, bumper mobil, peralatan medis, ban, karet sintetis, pembasmi serangga, dan cat.
Proyek ini memberikan kontribusi bagi Indonesia, di antaranya:
a. Mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia, di mana saat ini lebih dari 50% kebutuhan nasional masih dipenuhi dari luar negeri.
b. Menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 40 ribu tenaga kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, selama tahap konstruksi dan operasional.
c. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia lokal, melalui transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja.
d. Mendorong tumbuhnya industri hilir, yang akan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi seperti plastik, serat sintetis, dan berbagai komponen industri manufaktur.
e. Memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan infrastruktur lokal, dan program tanggung jawab sosial perusahaan.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rosan: Lotte Tawarkan 35% Proyek Petrokimia di Cilegon ke Danantara