Sumber Air di Gaza Kini Beracun, Muncul Bau Busuk dan Serangga
Jakarta, CNBC Indonesia - Genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina telah menciptakan limbah yang merusak kualitas air. Berdasarkan laporan Aljazeera, cekungan air di kawasan Sheikh Radwan, Gaza, yang selama ini menjadi tempat penampungan air hujan telah tercemar.
"Tidak diragukan lagi ada dampak serius bagi seluruh warga: Bau busuk, serangga, dan nyamuk. Ketinggian air kotor juga telah melebihi 6 meter [20 kaki] tanpa perlindungan apa pun. Pagar hancur total, dengan kemungkinan besar anak-anak, perempuan, lansia, atau bahkan mobil pun jatuh ke kolam ini," ujar Maher Salem, seorang pejabat kota Gaza, kepada Al Jazeera, dikutip Minggu (9/11/2025).
Kolam yang dirancang untuk menampung air hujan dan menyalurkannya ke laut itu kini menampung limbah setelah serangan udara Israel menghancurkan pompa-pompanya.
Dengan lumpuhnya sistem listrik dan sanitasi, air yang terkontaminasi terus naik, berpotensi membanjiri rumah-rumah dan tenda-tenda di sekitarnya.
Pejabat setempat memperingatkan genangan air dapat menyebabkan wabah penyakit, terutama di kalangan anak-anak. Namun, bagi banyak orang di Gaza, tidak ada alternatif lain.
Umm Hisham, yang sedang hamil dan terusir, tengah berjalan tertatih-tatih melewati air kotor itu bersama anak-anaknya. Mereka tidak punya tempat lain untuk dituju.
"Kami berlindung di sini, di sekitar kolam Sheikh Radwan, dengan segala penderitaan yang bisa dibayangkan, mulai dari nyamuk hingga limbah yang terus naik, belum lagi kerusakan di sekitar. Semua ini membahayakan nyawa kami dan nyawa anak-anak kami," ujarnya kepada Ibrahim Alkhalili dari Al Jazeera.
Saat KTT Iklim COP30 di Brasil, Duta Besar Palestina Ibrahim al-Zeben menggambarkan krisis air ini sebagai bencana lingkungan yang berkaitan erat dengan genosida Israel.
"Bukan rahasia lagi bahwa Gaza menderita akibat genosida yang terus dilancarkan Israel, perang yang telah menelan korban hampir seperempat juta jiwa dan menghasilkan lebih dari 61 juta ton puing, beberapa di antaranya terkontaminasi bahan berbahaya," ujarnya.
"Selain itu, penghancuran jaringan pembuangan limbah dan air yang disengaja telah menyebabkan pencemaran air tanah dan perairan pesisir. Gaza kini menghadapi risiko serius terhadap kesehatan masyarakat, dan risiko lingkungan semakin meningkat," tegas al-Zeben.
Serangan Israel juga telah "menghancurkan" sebagian besar lahan pertanian di daerah Gaza, menyebabkan penduduk dalam kondisi kerawanan pangan dan kelaparan yang parah dengan makanan yang digunakan sebagai senjata, menurut al-Zeben.
Pada September lalu, sebuah laporan PBB memperingatkan persediaan air tawar di Gaza "sangat terbatas dan sebagian besar yang tersisa telah tercemar".
"Runtuhnya infrastruktur pengolahan limbah, rusaknya sistem perpipaan, dan penggunaan lubang pembuangan limbah untuk sanitasi kemungkinan besar telah meningkatkan pencemaran akuifer yang memasok sebagian besar air ke Gaza," sebagian catatan laporan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Di Sheikh Radwan, udara juga sudah dipenuhi aroma kebusukan dan tak ada mata air lain yang bisa menuntaskan dahaga warga sipil di sana. Menandakan skala kerusakan lingkungan menjadi sangat jelas.
"Keluarga-keluarga tahu bahwa air yang mereka dapatkan dari sumur, kontainer, atau truk air tercemar dan terkontaminasi ... tetapi mereka tidak punya pilihan lain," kata Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Kota Gaza.
(hsy/hsy)