Catat! Harga Rumah di Wilayah RI Ini Turun

Arrijal Rachman,  CNBC Indonesia
06 November 2025 12:55
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia atau SHPR BI kuartal III-2025 menunjukkan masih lesunya penjualan rumah, hingga melambatnya pertumbuhan harga penjualan. Di Surabaya bahkan harga rumah atau properti residensial turun.

Berdasarkan hasil SHPR BI kuartal III-2025, indeks harga properti residensial secara tahunan hanya tumbuh 0,84% dari 109,44 menjadi 110,36, lebih lambat dari pertumbuhan kuartal II-2025 yang sebesar 0,90% dari 109,15 menjadi 110,13.

Makin lambatnya laju pertumbuhan harga properti residensial ini disebabkan perlambatan kenaikan harga rumah kecil dan menengah yang masing-masing tumbuh 0,71% dan 1,18% secara tahunan, lebih rendah dari pertumbuhan sebelumnya 1,04% dan 1,25%.

Adapun untuk rumah tipe besar, masih mampu tumbuh lebih cepat dibanding kuartal II-2025, yakni menjadi 0,72% pada kuartal III-2025 dari sebelumnya hanya tumbuh 0,70%.

"Secara spasial, dari 18 kota yang disurvei, 11 kota diantaranya mengalami perlambatan pertumbuhan IHPR secara tahunan," dikutip dari SHPR BI terbaru, Kamis (6/11/20250).

Dalam SHPR BI kuartal III-2025, terungkap bahwa penurunan harga secara spasial tercatat di Surabaya yang mengalami kontraksi pertumbuhan 0,02% (yoy), setelah tumbuh 0,44% (yoy) pada kuartal II-2025.

Sementara itu, harga rumah di Pekanbaru pada kuartal III-2025 tumbuhnya hanya 0,31% (yoy), melambat dari kuartal II-2025 yang tumbuh 1,67% (yoy).

Di sisi lain, harga rumah di Kota Pontianak dan Yogyakarta meningkat masing-masing dari 2,28% (yoy) dan 0,84% (yoy) menjadi 3,74% (yoy) dan 1,92% (yoy) pada kuartal III-2025.

Di tengah penurunan indeks harga properti residensial, SHPR BI juga menunjukkan bahwa penjualan properti residensial masih terkontraksi sebesar 1,29% secara tahunan, dari sebelumnya kontraksi atau minus 3,80%.

Kondisi itu dipengaruhi oleh penjualan rumah tipe besar yang turun 23% secara tahunan, lebih dalam dari kontraksi kuartal II-2025 sebesar 14,95%. Penjualan rumah tipe menengah juga masih minus 12,27% dari sebelumnya turun 17,69%. Sedangkan rumah tipe kecil naik 14,95%, dari kuartal sebelumnya tumbuh 6,70%.

"Penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal III-2025 secara tahunan masih terkontraksi," sebagaimana tertulis dalam SHPR BI Kuartal III-2025.


(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berburu Ilmu Hingga Merchandise, Intip Keseruan LPS Financial Festival

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular