Internasional

Krisis Hantui Langit Amerika, Bandara Lumpuh-Situasi Kacau Balau

luc,  CNBC Indonesia
06 November 2025 07:00
Pesawat diparkir di gerbang terminal B Bandara LaGuardia, di tengah penutupan pemerintah AS yang sedang berlangsung, di wilayah Queens, New York City, AS, 28 Oktober 2025. (REUTERS/Shannon Stapleton)
Foto: Pesawat diparkir di gerbang terminal B Bandara LaGuardia, di tengah penutupan pemerintah AS yang sedang berlangsung, di wilayah Queens, New York City, AS, 28 Oktober 2025. (REUTERS/Shannon Stapleton)

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis penutupan (shutdown) pemerintahan Amerika Serikat yang telah memasuki hari ke-36 mulai berdampak serius pada sektor penerbangan nasional. Menteri Transportasi AS Sean Duffy pada Rabu mengonfirmasi rencana untuk memangkas 10% lalu lintas udara terjadwal di 40 bandara utama mulai Jumat mendatang apabila kebuntuan politik di Kongres belum terselesaikan.

Langkah itu, menurut Duffy, diambil untuk meringankan beban kerja para pengatur lalu lintas udara yang kini bekerja tanpa bayaran. "Kami harus berpikir keras tentang apa sebenarnya tugas kami," ujarnya, dilansir Reuters, Kamis (6/11/2025).

Penutupan pemerintahan yang telah berlangsung lebih dari sebulan itu membuat sekitar 13.000 petugas pengatur lalu lintas udara dan 50.000 petugas Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) terpaksa tetap bekerja tanpa gaji. Kondisi ini menyebabkan kekurangan staf yang parah, antrean panjang di pos pemeriksaan keamanan, serta penundaan penerbangan di seluruh negeri.

Administrasi Penerbangan Federal (FAA) memperingatkan bahwa pembatasan tambahan bisa diberlakukan setelah Jumat jika kondisi lalu lintas udara semakin memburuk.

Duffy pun memberikan sinyal bahwa situasi ini bisa mengarah ke krisis besar. Ia memperingatkan bahwa jika penutupan pemerintahan berlangsung satu minggu lagi, hal itu dapat menimbulkan "kekacauan besar" dan bahkan memaksanya "menutup sebagian wilayah udara nasional untuk penerbangan," sebuah langkah ekstrem yang bisa melumpuhkan industri penerbangan Amerika.

Maskapai penerbangan besar telah berulang kali menyerukan agar kebuntuan politik segera diakhiri, dengan alasan keselamatan penerbangan semakin berisiko. Saham beberapa maskapai utama seperti United Airlines dan American Airlines turun sekitar 1% dalam perdagangan setelah jam bursa, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap dampak berkepanjangan dari shutdown tersebut.

Kelompok industri penerbangan memperkirakan lebih dari 3,2 juta penumpang telah terdampak oleh penundaan dan pembatalan penerbangan sejak penutupan dimulai pada 1 Oktober. Banyak maskapai melaporkan meningkatnya ketidakhadiran pengatur lalu lintas udara, yang memaksa mereka menyesuaikan jadwal penerbangan.

Meski sebagian maskapai menyatakan bisnis mereka sejauh ini belum terlalu terpengaruh secara finansial, mereka memperingatkan bahwa pemesanan tiket dapat turun tajam jika situasi berlanjut tanpa solusi. Pada Rabu saja, lebih dari 2.100 penerbangan di seluruh negeri mengalami penundaan.

Administrator FAA Bryan Bedford pada Selasa menyebutkan bahwa antara 20% hingga 40% pengatur lalu lintas udara di 30 bandara terbesar AS tidak masuk kerja.

"Ketidakhadiran meningkat dari hari ke hari, dan tekanan terhadap sistem kami semakin berat," katanya.

Adapun penutupan pemerintahan ini terjadi akibat kebuntuan tajam antara Partai Republik dan Partai Demokrat terkait rancangan undang-undang pendanaan pemerintah. Demokrat menolak menyetujui anggaran tanpa adanya perpanjangan subsidi asuransi kesehatan, sementara Partai Republik menolak tuntutan tersebut.

Tanpa kesepakatan baru, ribuan pegawai federal akan terus bekerja tanpa bayaran, dan dampak ekonominya kini mulai menjalar dari ruang tunggu bandara hingga pasar saham.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jepang Warning Petaka 'Mengancam Nyawa', Bandara Kota Lumpuh

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular