Rote Ndao Super Kaya! Punya 'Harta Karun' agar RI Swasembada Garam
Jakarta, CNBC Indonesia - Program swasembada garam telah lama didengungkan. Pemerintah sejak lama berkeinginan untuk menyetop total impor garam baik untuk kebutuhan konsumsi maupun industri. Namun mimpi swasembada garam sirna sebab Indonesia masih tetap mengimpor garam terutama untuk kebutuhan industri.
Seperti diketahui, kebutuhan garam nasional rata-rata 4,5 juta ton sampai 4,7 juta ton per tahun. Angka itu mencakup kebutuhan garam konsumsi dan industri.
Teknologi Juga Jadi Tombak Swasembada Garam 2027
Koswara mengungkapkan Indonesia juga dihadapkan oleh beberapa tantangan, diantaranya risiko gangguan cuaca. Sehingga dibutuhkan peran teknologi dalam mendorong swasembada garam.
"Dengan begitu, kebutuhan teknologi itu menjadi penting, karena dengan lahan yang terbatas mampu memproduksi dalam jumlah yang banyak," ujar dia.
Dia melanjutkan, perusahaan teknologi garam asal Jerman, K-UTEC Salt Technologies GmbH, telah bekerja sama dengan BUMN produsen garam, PT Garam, untuk meningkatkan salinitas air, sehingga dapat mempercepat proses produksi garam. Inovasi tersebut nantinya akan dikembangkan ke beberapa industri garam yang ada di Indonesia.
KKP juga akan mengadopsi teknologi evaporasi matahari. Teknologi ini cocok diterapkan di daerah timur Indonesia yang memiliki cuaca panas lebih panjang dan sumber daya air yang bagus. Teknologi ini juga diimplementasikan di Jawa seperti pesisir Pantura dan Madura.
Selain itu, KKP juga akan mengkonsolidasi lahan-lahan tambak garam existing untuk kemudian diperbaiki tata kelola produksinya. Program konsolidasi ini akan dituangkan di dalam Peraturan Pemerintah (PP) tentang Swasembada Garam yang sekarang sedang disusun dan sudah ada izin untuk pembuatan regulasinya.
"Konsolidasi ini nanti akan ditingkatkan menjadi PSN, sehingga ada kepastian untuk pembiayaannya dan cara-cara keterlibatan swastanya lebih terjamin dasar hukumnya," kata dia.
Setelah konsolidasi lahan berhasil dilakukan, KKP akan menggandeng para petambak untuk mengelola lahan tersebut secara moderat. Dengan konsolidasi tersebut, produksi garam akan lebih homogen dan memiliki kualitas yang setara.
"Kalau masing-masing kan beda-beda. Beda kualitasnya, beda jumlahnya. Ini yang tidak masuk di dalam industrialisasi garam. Kalau kita konsolidasikan minimal 150 hektare, ini produksinya akan bagus dengan tingkat homogenitas yang bagus juga," tutup dia.
(wur/wur)