
Akademisi Ungkap Tantangan RI Genjot Produksi Garam

Jakarta, CNBC Indonesia - Pakar Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Surya Gentha mengapresiasi langkah pemerintah dalam mendorong swasembada garam. Meski demikian dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memenuhi kebutuhan garam industri secara mandiri.
"Kita masih perlu melangkah jauh untuk sampai ke sana. Namun ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan kita bersama ya. Bahwa saat ini untuk garam industri saja misalnya itu mereka membutuhkan kadar NACL itu minimal 97%. Sedangkan untuk garam farmasi itu 99%," ujar Surya dalam World Food Day, Kamis (23/10/2025).
Sebaliknya, tambak garam tradisional yang ada di Indonesia hanya mampu memproduksi garam dengan kadar NACL berkisar antara 92% sampai 95%. Dengan kata lain, angka tersebut masih berselisih cukup jauh dengan standar industri.
Terlepas dari itu, ada beberapa teknologi terkait intensifikasi maupun teknologi tepat guna lainnya untuk meningkatkan kualitas produksi garam nasional agar mencapai kadar NACL yang dibutuhkan industri.
Selain kualitas garam, tantangan lainnya adalah keterbatasan lahan tambak garam. Surya menyebut, lahan produksi garam di Indonesia masih terfragmentasi dalam skala yang kecil. Kepemilikan tambak garam juga rata-rata hanya di bawah satu hektare (Ha).
Kondisi ini akan menyulitkan Indonesia dalam meningkatkan produksi garam nasional. Apalagi, industri membutuhkan pasokan garam yang lebih besar dan konsisten.
"Sedangkan, produksi kita masih bergantung dengan pengeringan alami, sehingga ini menjadi masalah," imbuh dia.
Kendala infrastruktur juga menjadi tantangan Indonesia untuk menuju swasembada garam. Ini mengingat, distribusi garam dan penyimpanan garam di Tanah Air masih belum optimal.
Masih ada gudang-gudang garam di Indonesia yang belum kedap air, sehingga mempengaruhi kualitas garam itu sendiri. Ditambah lagi, rantai distribusi garam juga cukup panjang, sehingga berdampak pada penurunan kadar mutu garam.
Kendati demikian, dia menilai ada beberapa upaya pemerintah yang patut diapresiasi, misalnya program PUGAR atau Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat yang diinisiasi sejak 2011. Di samping itu, pemerintah juga aktif melakukan revitalisasi dan peningkatan teknologi pada lahan tambak untuk mendongkrak produksi garam.
"Perlu kita catat bahwa transformasi dari tradisional ke industri itu, itu take time. Butuh waktu dan kemudian tentu butuh investasi yang besar. Ini yang menjadi kendala dari kemandirian garam khususnya untuk garam industri," pungkas dia.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trenggono Turun Gunung Cek Langsung Calon Tambak Garam Raksasa RI