Harga Lagi Naik Ekspor Batu Bara RI Justru Turun, Ada Apa?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 05/11/2025 16:45 WIB
Foto: Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka-bukaan perihal alasan dibalik anjloknya ekspor batu bara Indonesia. Khususnya ke negara tujuan utama seperti China dan India.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) ESDM Surya Herjuna menjelaskan penurunan ekspor terjadi bukan karena produk RI tidak diminati di pasar global, melainkan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama.

"Tapi turunnya itu kan bukan karena batu bara kita gak laku. Memang karena ekonomi kan lagi turun. Di China juga turun, di India juga turun. Artinya juga DMO juga turun. Artinya itu bukan karena ekspor kita gak laku sebenarnya. Ya memang kecenderungan lagi turun," kata Surya usai acara Coalindo Coal Conference, Rabu (5/11/2025).


Setidaknya, berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) per 4 September 2025, realisasi ekspor batu bara Indonesia tercatat sebesar 253,2 juta ton. Angka ini lebih rendah apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (3/11/2025) menembus US$ 112 per ton atau melesat 2,5%. Harga ini adalah yang tertinggi sejak 11 Agustus. Kenaikan ini juga membawa harga batu bara menembus level US4 110 untuk pertama kalinya sejak 1 September 2025 atau lebih dari dua bulan.

Lonjakan harga batu bara ditopang kabar baik dari China dan Jerman.

Harga batu bara termal di China melonjak signifikan sepanjang Oktober, didorong oleh kombinasi faktor permintaan dan pasokan yang mengencang menjelang musim dingin

Sebelumnya, Indonesia Mining Association (IMA) mengatakan bahwa volume ekspor batu bara Indonesia ke negara tujuan utama seperti China dan India sudah diprediksi akan mengalami penurunan. Bahkan penurunan tersebut kemungkinan berlangsung mulai tahun ini.

Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan kondisi ini terjadi seiring dengan adanya pergeseran dalam hal permintaan batu bara RI. Alih-alih menggenjot impor, negara-negara tersebut justru lebih memilih mengoptimalkan produksi batu bara dalam negeri.

Menurut Hendra, sama halnya dengan Indonesia, negara-negara tujuan ekspor juga mempunyai kepentingan untuk menggenjot ekonomi dengan memanfaatkan produksi batu bara dalam negeri. Bahkan di China sendiri, produksi batu bara dalam negeri pada tahun lalu sudah hampir 5 miliar ton.

"Jadi ya mereka berkepentingan industri batubaranya juga maju, produksi meningkat gitu karena kebutuhan energinya meningkat, nah oleh karena itu produksinya tinggi sekali," kata Hendra ditemui di Jakarta, Rabu (23/7/2025).

Di sisi lain, produksi batu bara Indonesia pada tahun lalu juga mengalami peningkatan yang signifikan. Sementara, hal tersebut tidak sebanding dengan permintaan batu bara dari negara tujuan ekspor.

"Oleh karena itu memang dari 2023 setelah covid mereda, itu memang udah diprediksi pasti akan oversupply. Nah sampai sekarang oversupply sampai tahun depan juga oversupply Jadi ekspor kita pasti akan lebih berkurang dibanding tahun lalu," kata dia.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rugi Rp1,8 Triliun, Blibli PHK Karyawan-Harga Batu Bara Meledak