Trump Ngamuk! Militer AS Bombardir Kapal-Kapal, Vatikan Teriak
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) meningkatkan operasi militernya di perairan internasional. Pada Selasa, pasukan AS melancarkan serangan di Samudra Pasifik Timur yang menewaskan dua orang di atas perahu yang dituduh menyelundupkan narkoba.
Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengumumkan serangan ini, dengan menyatakan bahwa intelijen mengonfirmasi kapal tersebut terlibat dalam penyelundupan, transit di rute narkotika yang diketahui, dan membawa narkotika. Serangan ini menandai eskalasi terbaru dalam operasi AS yang telah berlangsung sejak awal September.
"Kami akan menemukan dan mengakhiri SETIAP kapal yang berniat menyelundupkan obat-obatan terlarang ke Amerika untuk meracuni warga negara kami. Melindungi tanah air adalah prioritas UTAMA kami," tambahnya, dikutip AFP, Rabu (5/11/2025).
Sejak operasi ini dimulai, yang ditujukan pada pengedar narkoba yang dituduh AS sebagai "kelompok teroris", total korban tewas kini mencapai sedikitnya 67 orang di wilayah Karibia dan Pasifik. Total serangan AS telah menghancurkan sedikitnya 17 kapal, termasuk 16 perahu dan satu kapal semi-submersible.
Administrasi Donald Trump secara resmi memberitahu Kongres bahwa AS terlibat dalam "konflik bersenjata" dengan kartel narkoba Amerika Latin. Ini digunakan sebagai pembenaran atas serangan tersebut, yang oleh para ahli disebut sebagai pembunuhan di luar hukum (extrajudicial killings).
Operasi pencegahan ini didukung oleh pengerahan besar-besaran kekuatan militer AS di sekitar Amerika Latin, termasuk kapal perang, pesawat tempur siluman F-35, dan kapal induk USS Gerald R. Ford. Namun, Washington belum mempublikasikan bukti yang membuktikan bahwa target-target yang diserang tersebut benar-benar menyelundupkan narkotika atau menimbulkan ancaman langsung terhadap AS.
Pemerintah negara korban dan keluarga korban menyatakan bahwa banyak dari yang tewas adalah warga sipil, termasuk para nelayan.
Peningkatan militer AS ini langsung memicu ketegangan regional. Presiden Venezuela Nicolás Maduro, yang juga menghadapi dakwaan narkoba di AS.
Ia menuduh Washington menggunakan isu perdagangan narkoba sebagai dalih untuk "memaksakan perubahan rezim" di Caracas demi merebut minyak Venezuela.
"Tidak ada penanaman narkoba di Venezuela, melainkan hanya digunakan sebagai rute transit kokain Kolombia di luar keinginan kami," ujarnya.
Kritik juga datang dari komunitas internasional. Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada hari Selasa menyatakan harapannya agar tidak ada invasi darat AS ke Venezuela dan menegaskan kesediaannya untuk menengahi konflik antara kedua negara.
Vatikan Teriak
Operasi AS ini juga mengundang respons Vatikan. Paus Leo XIV turut mengkritik penempatan militer AS di Karibia.
Menanggapi pertanyaan wartawan tentang hak suatu negara untuk memiliki militer "mempertahankan perdamaian", Paus mengatakan bahwa kasus ini agak berbeda.
"Namun dalam kasus ini, tampaknya sedikit berbeda. Ini meningkatkan ketegangan. Saya pikir Paus yang berusia 70 tahun itu tidak berpikir bahwa dengan kekerasan kita akan menang. Hal yang harus dilakukan adalah mencari dialog," pungkasnya.
(tps/tps)