BBM RI Bakal Dicampur Etanol 10%, Dewan Energi Ingatkan Hal Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Energi Nasional (DEN) mengingatkan pentingnya menggandeng sektor manufaktur dalam rencana kebijakan peningkatan campuran etanol ke bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin menjadi 10% (E10). Saat ini implementasi campuran etanol ke bensin di Indonesia masih di level 5% (E5).
Anggota DEN 2020-2025 Satya Widya Yudha mengingatkan keterlibatan para manufaktur kendaraan sangat penting, seperti misalnya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), agar program pencampuran BBM dengan etanol 10% atau E10 ini bisa berjalan optimal.
"Yang paling utama sebenarnya, tadi setelah-setelah waktu saya mengatakan ke Bu Eniya, memang kita harus mengajak manufaktur. Manufaktur seperti Gaikindo, karena mereka lah sebagai importer daripada kendaraan," katanya dalam program Prabowonomics CNBC Indonesia, dikutip Senin (3/11/2025).
Hal itu juga mengingat bahwa Gaikindo sebagai salah satu importer kendaraan yang beredar di Indonesia.
"Kita berharap pemerintah Jepang, pemerintah-pemerintah negara yang sekarang ini kita memakai mobilnya, produksi mobilnya, itu mereka juga mempunyai kesadaran dan pemikiran yang sama. Jadi ikut juga supaya nanti engine yang didesain untuk mobil-mobil yang disini sudah built-in," imbuhnya.
Keterlibatan manufaktur dinilai penting agar kendaraan yang digunakan masyarakat sudah dirancang untuk kompatibel dengan campuran etanol, sehingga tidak perlu ada konversi tambahan yang bisa menurunkan performa. Dengan begitu, penggunaan biofuel bisa lebih mudah diterima tanpa mempengaruhi kenyamanan pengendara.
"Kan seperti tadi saya sampaikan di depannya bahwa kita itu climate change believer. Kita orang yang percaya pada perubahan iklim. Sehingga sesuatu yang bersih dalam hal ini seperti energi bersih itu menjadi tujuan kita," ujarnya.
Rencana peningkatan campuran etanol hingga 10% tersebut juga dinilai penting untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor BBM. Dengan memanfaatkan feedstock lokal dari jagung, tebu, atau tanaman lain, produksi dalam negeri bisa meningkat dan berkontribusi pada target pemerintah terkait kemandirian energi.
"Dengan adanya bagaimana kita bisa menggunakan agriculture sebagai base, sebagai feedstock, produksi kita sendiri. Itu yang sebetulnya dimaksud dengan Bapak Presiden pada waktu mengatakan tentang Asta Cita," tambahnya.
Meski begitu, terdapat tantangan yang masih harus diatasi, seperti ketersediaan infrastruktur dan lahan untuk bahan baku etanol. Namun, pihaknya optimistis dengan koordinasi antar kementerian dan industri, program tersebut bisa terintegrasi dan mendukung target net zero emission Indonesia pada 2060.
"Kalau masyarakat nanti menyadari bahwa mereka akan menggunakan aktivitas yang bisa mengurangi emisi karbon, saya pikir akan menjadi hal yang baik," tutupnya.
(pgr/pgr)