Raksasa Otomotif Pening Gegara EV, Akhirnya PHK Ribuan Karyawan
Jakarta, CNBC Indonesia - General Motors (GM) mengumumkan akan memangkas produksi kendaraan listrik (EV) dan baterai di Amerika Serikat (AS), seiring lambatnya permintaan pasar. Produsen otomotif Detroit ini akan memberhentikan sementara sekitar 1.750 pekerja pabrik, termasuk pemutusan 1.200 pekerjaan di pabrik EV-nya di Detroit dan 550 pekerjaan di pabrik baterai di Ohio.
Mengutip Reuters, Kamis (30/10/2025) GM beralasan, pemotongan ini dilakukan sebagai respons terhadap adopsi EV jangka pendek yang lebih lambat dan lingkungan regulasi yang terus berkembang. Diketahui, GM menderita kerugian sebesar US$1,6 miliar (Rp26,4 triliun) bulan ini terkait perubahan strategi EV-nya.
"Dengan kerangka regulasi yang berkembang dan berakhirnya insentif konsumen federal, jelas bahwa adopsi EV jangka pendek akan jauh lebih rendah dari yang direncanakan," kata CEO GM Mary Barra.
Keputusan GM menuai kecaman dari serikat pekerja. Presiden United Auto Workers (UAW), Shawn Fain, mengecam GM atas pemotongan pekerjaan ini, mengingat perusahaan itu baru saja mencatat kenaikan laba tahunan yang diharapkan menjadi US$13 miliar (Rp214,5 triliun) bulan ini.
"UAW akan terus berjuang untuk investasi yang lebih besar baik dalam produksi (mesin pembakaran internal) dan produksi EV di GM dan di luarnya," tutur Fain
Langkah drastis ini merupakan respons GM terhadap perlambatan signifikan dalam permintaan mobil baterai mereka. Pemangkasan ini juga mencakup penghentian produksi sel baterai secara total di dua pabrik patungan GM-LG Energy Solution di Tennessee dan Ohio selama sekitarĀ 6 bulan, mulai Januari tahun depan.
Di pabrik EV Detroit, GM akan memangkas produksi hingga hanya satu shift kerja mulai Januari, mengurangi output sekitar 50%. Pabrik ini memproduksi tiga truk pickup listrik besar, termasuk Chevrolet Silverado dan GMC Sierra, serta SUV EV Escalade IQ dan Hummer.
Sementara itu, produsen mobil di AS lainnya, termasuk Nissan dan pembuat Jeep Stellantis, juga sedang memundurkan rencana model listrik masa depan mereka.
Sam Fiorani, wakil presiden di AutoForecast Solutions, memprediksi akan ada lebih banyak pemangkasan pekerjaan EV di industri otomotif AS.
"Produksi EV yang lebih rendah dari yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir dengan harga yang lebih tinggi," tuturnya.
Kekhawatiran utama adalah antisipasi penurunan tajam permintaan konsumen setelah berakhirnya insentif pajak federal sebesar US$7.500 (Rp123,75 juta) bagi pembeli EV. Beberapa eksekutif dan analis memprediksi penjualan EV dapat anjlok hingga separuhnya dalam beberapa bulan mendatang.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Menggila Lagi! Tarif Impor Otomotif Siap Ditambah