Gawat! Tambang Ilegal Bukan Cuma Kejahatan Tapi Sudah Mengakar Budaya
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa praktik Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) alias ilegal sudah menjadi bagian dari budaya dan mata pencaharian mereka. Salah satunya seperti yang terjadi di wilayah IUP PT Timah, Bangka Belitung.
Direktur Jenderal Penegakan Hukum (Dirjen Gakkum) Kementerian ESDM Rilke Jeffri Huwae mengatakan pihaknya saat ini tidak hanya fokus mencari pelanggaran, namun juga mempelajari solusi terbaik untuk mengatasi akar permasalahan tambang ilegal yang telah berlangsung lama.
"Ditjen Gakkum akan mempelajari solusi yang baik karena kita mempertimbangkan bahwa secara historical praktik tambang ilegal ini sudah mengakar budaya. Tambang ilegal bukan hanya sekedar kejahatan saja tapi budaya. ini terjadi di Bangka Belitung," ujar Jeffri dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia bertema "Kupas Tuntas Cara Prabowo Benahi Tata Kelola Demi Tambang Berkelanjutan, dikutip Senin (27/10/2025).
Menurut Jeffri aktivitas pertambangan timah telah berakar kuat dalam budaya masyarakat setempat. Karena itu, apabila akar budaya tersebut tidak diberikan legitimasi, maka masyarakat akan terus memandang kegiatan tersebut sebagai tindakan kejahatan.
Ia pun menekankan bahwa persoalan utama bukan terletak pada aspek komersialisasi, melainkan bagaimana negara dapat membentuk sistem yang mampu memberikan perlindungan terhadap kebutuhan masyarakat.
"Masalah kita apa, bukan soal komersialisasi tapi bagaimana membentuk negara ini bisa memberikan perlindungan bagi apa yang diharapkan masyarakat," ujarnya.
Jeffri menilai tanpa penguatan daya beli masyarakat maka fundamental ekonomi domestik tidak akan pernah kuat. Sehingga, pihaknya mendorong adanya sinergitas dengan berbagai pertimbangan, termasuk untuk menciptakan rasa keadilan.
"Termasuk menciptakan keadilan supaya tidak hanya diarahkan komersialisasi tapi juga prinsip keadilan," katanya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tambang Ilegal Masih Merajalela di RI, Ini Biang Keroknya