Internasional

Protes Jelang Hasil Pemilu Kamerun Makan Korban, 4 Tewas

tfa, CNBC Indonesia
Senin, 27/10/2025 07:57 WIB
Foto: Polisi anti huru hara berpatroli saat membubarkan protes oposisi yang menuntut transisi politik, menyusul pemilihan presiden 12 Oktober, di Garoua, Kamerun, 26 Oktober 2025. (REUTERS/Desire Danga Essigue)

Jakarta CNBC Indonesia - Ketegangan politik di Kamerun memuncak setelah empat orang dilaporkan tewas dalam aksi protes besar-besaran menjelang pengumuman hasil pemilihan presiden. Aksi ini terjadi di berbagai kota, termasuk ibu kota Yaoundé dan kota komersial Douala, di tengah tuduhan kecurangan pemilu yang melibatkan Presiden petahana Paul Biya.

Menurut tim kampanye oposisi, dua orang tewas akibat tembakan saat polisi berusaha membubarkan massa di Douala, Minggu (26/10/2025). Ratusan pendukung calon oposisi Issa Tchiroma turun ke jalan, membarikade jalanan, serta membakar ban dan kendaraan polisi. Petugas keamanan menanggapi dengan gas air mata dan meriam air untuk mengendalikan situasi.

"Kami ingin Tchiroma, kami ingin Tchiroma!" teriak para pengunjuk rasa di lingkungan New Bell, Douala, seperti dikutip Al Jazeera. Mereka menuduh pihak berwenang berupaya memanipulasi hasil pemilu yang digelar pada 12 Oktober lalu.


Hasil parsial yang dilaporkan media lokal menunjukkan Biya, 92 tahun, berada di jalur kemenangan untuk masa jabatan kedelapan. Namun, kubu Tchiroma mengklaim telah memenangkan pemilu berdasarkan data penghitungan internal.

"Kami memiliki bukti bahwa rakyat memilih perubahan," ujar seorang juru bicara oposisi, dikutip dari Reuters.

Jurnalis lokal Blaise Eyong mengatakan bahwa kemarahan kaum muda menjadi faktor utama dalam gelombang protes tersebut.

"Anda benar-benar dapat melihat frustrasi dan kemarahan ketika berbicara dengan kaum muda," katanya. "Banyak dari mereka menganggur dan merasa masa depan mereka dirampas oleh sistem yang tidak adil."

Eyong juga mengonfirmasi bahwa jaringan internet terganggu secara nasional, diduga sebagai upaya pemerintah membatasi penyebaran informasi. "Namun hal itu tidak menghentikan kaum muda untuk bersatu," ujarnya.

Pemerintah Kamerun menolak tuduhan kecurangan dan meminta warga menunggu hasil resmi yang dijadwalkan diumumkan pada Senin. Menteri Dalam Negeri Paul Atanga Nji menyebut penangkapan sejumlah aktivis dan politisi dilakukan untuk mencegah "gerakan pemberontakan."

Paul Biya, yang telah berkuasa sejak 1982 dan dikenal sebagai salah satu pemimpin tertua di dunia yang masih menjabat, berpotensi memperpanjang kekuasaannya hingga hampir berusia 100 tahun jika kembali menang.


(tfa/tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BNPB: 13 Orang Masih Terjebak Runtuhan Ponpes di Sidoarjo