Harga Emas Menggila! Warga 'Panic Buying' di Tetangga RI, Antre Ngular
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia diketahui melonjak ke rekor tertinggi baru. Pada perdagangan hari ini Selasa (21/10/2025) hingga pukul 06.20 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,26% di posisi US$4.366,49 per troy ons sementara pada perdagangan sebelumnya Senin, harga emas dunia melesat 2,51% di level US$4.355,25 per troy ons.
Hal ini mendorong ratusan orang mengantre di pengecer bullion. Tak terkecuali di negara tetangga RI, Australia.
Lonjakan harga yang spektakuler pada logam mulia ini telah memicu antrean panjang di pengecer. Manajer umum ABC Bullion, Jordan Eliseo, mengatakan sekitar 1.000 orang mengunjungi toko mereka di Sydney, Melbourne, Perth, dan Brisbane setiap hari.
"Antrean di pengecer sudah menumpuk sejak minggu lalu, namun kenaikan harga emas yang melesat semalam suntuk membuat antrean pelanggan mengular di sekitar blok di kota-kota besar," tuturnya dikutip ABC News.
Kenaikan harga logam mulia ini, yang juga dialami Paladium (naik 75%) dan Platinum (melonjak 87%) sejak awal tahun, bertepatan dengan ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga Amerika Serikat (AS). Suku bunga AS yang lebih rendah meningkatkan daya tarik logam mulia dibandingkan aset-aset berdenominasi Dolar AS yang menghasilkan bunga.
Namun, pergeseran harga ini tidak hanya didorong oleh bank sentral AS (The Fed). Kepala Komoditas Commonwealth Bank, Vivek Dhar, mengatakan tren ini dimulai sejak gejolak tarif yang dipicu oleh Donald Trump pada April.
"Pergeseran seismik untuk logam mulia kemungkinan terjadi ketika Presiden AS Trump mengumumkan tarif 'Hari Pembebasan' (Liberation Day' Tariffs)," kata Dhar.
Dhar mencatat bahwa kejatuhan pasar ekuitas AS (S&P500) setelah pengumuman tarif tersebut menyaksikan emas, perak, platinum, dan paladium mengungguli Dolar AS.
"Peristiwa ini, menurut pandangan kami, menandai munculnya logam mulia, khususnya emas, sebagai aset safe-haven yang lebih disukai dibandingkan Dolar AS dan Surat Utang AS (US Treasuries)," jelas Dhar.
Analis independen Stephen Innes menambahkan bahwa ketidakpastian di AS telah menobatkan kembali emas. Menurutnya, secara keseluruhan, di balik hiruk-pikuk tarif dan spekulasi The Fed, logam mulia kembali mengklaim takhtanya.
"Ketika bankir sentral menjanjikan pelayaran yang mulus dan trader merasakan arus bawah, emas menjadi utara sejati yang terakhir," paparnya.
(tps/șef)