Trump Siapkan Serangan Mematikan ke Negara Ini, CIA Diterjunkan
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Donald Trump telah meningkatkan kampanye untuk menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan mengizinkan kebijakan baru yang memberi wewenang kepada Badan Intelijen Pusat (CIA) AS untuk melakukan operasi mematikan di seluruh Karibia.
Kebijakan rahasia yang dilaporkan pertama kali oleh The New York Times ini memperluas peran CIA melampaui pengumpulan intelijen, memberikan otoritas untuk melakukan operasi yang berpotensi menargetkan individu yang diklaim oleh administrasi Trump sebagai bagian dari jaringan "narkoteroris" Venezuela.
Peningkatan ini menyusul gelombang serangan militer AS di perairan Venezuela selama sebulan terakhir yang menargetkan enam kapal penyelundup narkoba dan menewaskan sedikitnya 27 orang.
Dalam konferensi pers, Presiden Trump mengonfirmasi laporan tersebut dan membenarkan otorisasi untuk dua alasan utama. Pertama, ia mengklaim bahwa Venezuela telah mengirimkan penjahat ke AS melalui perbatasan yang longgar. Alasan kedua yang ia tambahkan adalah lonjakan perdagangan narkoba dari Venezuela.
"Nomor satu, mereka telah mengosongkan penjara mereka ke Amerika Serikat-ribuan dan ribuan tahanan, orang-orang dari institusi mental, rumah sakit jiwa, semuanya datang melalui perbatasan karena kebijakan perbatasan terbuka. Kami mengirim mereka kembali, tetapi Venezuela adalah pelanggar terburuk," kata Trump dikutip Newsweek, Rabu (15/12/2025).
Ketika didesak tentang apakah CIA memiliki wewenang untuk menargetkan Maduro secara langsung, Trump menolak memberikan jawaban.
"Saya tidak ingin menjawab pertanyaan seperti itu," katanya. "Itu pertanyaan yang konyol untuk ditanyakan. Tidak benar-benar pertanyaan yang konyol-tetapi bukankah itu pertanyaan yang konyol untuk saya jawab?" tambahnya.
Eskalasi ini terjadi di tengah pengerahan militer AS yang lebih luas di kawasan tersebut, dengan lebih dari 10.000 tentara Amerika kini ditempatkan di dekat Venezuela, bersama dengan kapal perang Angkatan Laut dan satu kapal selam.
Pekan lalu, Pentagon juga dilaporkan sedang menyiapkan opsi tambahan bagi Presiden Trump, termasuk potensi serangan di dalam wilayah Venezuela. Langkah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Direktur CIA John Ratcliffe untuk melengserkan Maduro. Pejabat AS menuduh Maduro mengendalikan jaringan perdagangan narkoba dan telah menawarkan hadiah US$50 juta (Rp 800 miliar) untuk penangkapannya.
Keputusan Trump telah memicu kekhawatiran di Kongres. Anggota parlemen dari kedua partai menuntut transparansi lebih, dengan Demokrat khawatir operasi tersebut melanggar hukum AS dan internasional.
Mary Ellen O'Connell, seorang profesor di Notre Dame Law School dan pakar hukum internasional, memperingatkan bahwa tindakan administrasi Trump tampaknya melanggar norma hukum internasional.
"Sekarang tampaknya dia telah memerintahkan CIA untuk melanggar hukum internasional dengan tindakan terselubung di Venezuela," kata O'Connell dalam sebuah pernyataan. Ia menambahkan bahwa "tindakan penegakan hukum atau militer yang sah di wilayah negara berdaulat asing harus mendapat persetujuan dari negara tersebut."
(tps/luc)