Bank Dunia Ramal Ekonomi Asia-Pasifik Tumbuh di Bawah 5% 2025-2026

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Selasa, 07/10/2025 13:35 WIB
Foto: World Bank (REUTERS/Yuri Gripas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia atau World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik masih akan lemah. Laju pertumbuhan ekonomi pada 2025-2026 diperkirakan masih akan di bawah pertumbuhan pada 2024 yang berada di level 5%.

Dalam laporan terbarunya yang termuat dalam East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2025, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik akan berada pada level 4,8% pada 2025 dan melemah ke level 4,3% pada 2026. Proyeksi itu lebih tinggi dari laporan edisi April 2025 yang di kisaran 4% dan 4,1%.


"Di seluruh negara di kawasan ini, pertumbuhan pada 2025 umumnya lebih rendah dibanding 2024. Dan tahun depan, kami memperkirakan perlambatan lebih lanjut di sebagian besar negara," kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo saat konferensi pers secara daring, Selasa (7/10/2025).

Proyeksi pertumbuhan ekonomi terbaru ini masih didasari dari berbagai tekanan ekonomi global yang melanda sepanjang tahun ini, dan efeknya berpotensi berlanjut hingga tahun depan. Di antaranya ialah masih maraknya pembatasan perdagangan seperti perang tarif dagang, ketidakpastian kebijakan ekonomi yang berlanjut, hingga perlambatan pertumbuhan global yang masih berlangsung.

"Mengenai penyebab melambatnya pertumbuhan, kami mengidentifikasi tiga faktor utama, pembatasan perdagangan, meningkatnya ketidakpastian kebijakan ekonomi, dan perlambatan pertumbuhan global," ucap Aaditya Matoo.

Untuk faktor tekanan pertumbuhan pertama, yang terkait dengan pembatasan perdagangan, kata Aaditya masih dipicu oleh perang tarif dagang oleh salah satu mitra dagang utama kawasan ini, yakni Amerika Serikat. AS telah menaikkan tarif, terutama dalam bentuk tarif timbal balik (reciprocal tariffs).

"Saat ini, sebagian besar negara di kawasan menghadapi tarif yang jauh lebih tinggi dibanding awal tahun. Selain itu, ada kemungkinan munculnya aturan baru terkait trans-shipment atau pengiriman lintas negara yang menjadi tantangan bagi eksportir di beberapa negara," ucapnya.

Faktor kedua, yang terkait dengan ketidakpastian kebijakan ekonomi global, kata Aaditya masih terkait kebijakan perdagangan. Ketidakpastian ini mendorong pelaku usaha untuk bersikap wait and see, menunda investasi, dan akibatnya berdampak negatif terhadap investasi serta lapangan kerja.

Sementara itu, untuk faktor ketiga yang terkait dengan perlambatan pertumbuhan global, menjadi pemicu karena Kawasan Asia Timur dan Pasifik selama ini tumbuh melalui keterbukaan perdagangan, ekspor, remitansi, pariwisata, dan integrasi keuangan global. Namun, karena global ekonominya juga telah melambat membuat kawasan ini terkena imbas.

"Setiap perlambatan pertumbuhan 1% di negara-negara G7, berdampak sekitar 0,6 persen lebih rendah pada pertumbuhan kawasan ini. Itulah gambaran makroekonomi yang menjelaskan mengapa pertumbuhan sedang melambat," ucap Aaditya.


(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menakar Efektivitas Paket Ekonomi 8-4-5 Bagi Pertumbuhan RI