Internasional

Mengapa Demo Gen Z Dunia Gunakan Bendera One Piece? Penjelasannya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 06/10/2025 21:00 WIB
Foto: (REUTERS/Angela Ponce)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bendera bajak laut 'Topi Jerami' dari anime populer "One Piece" telah menjadi simbol perlawanan bagi para pemuda Generasi Z di seluruh dunia, termasuk dalam berbagai aksi protes di Indonesia.

Fenomena serupa juga terlihat ketika para pemuda di Nepal turun ke jalan bulan lalu untuk memprotes gaya hidup mewah para elit politik, hingga akhirnya berhasil meruntuhkan pemerintahan.

Simbol ini juga berkibar di berbagai negara Afrika, seperti dalam aksi protes di Madagaskar melawan kelangkaan air dan listrik, serta di Maroko yang memprotes buruknya layanan kesehatan.



Mengapa?

Bendera tersebut, yang menampilkan tengkorak tersenyum mengenakan topi jerami, berasal dari serial manga dan anime Jepang "One Piece". Ceritanya mengikuti petualangan sekelompok bajak laut yang dipimpin oleh Monkey D. Luffy dalam melawan pemerintah dunia yang opresif.

Kisah ini telah menjadi fenomena budaya pop global dan kini diadaptasi menjadi serial live-action di Netflix.

"Apa yang membuat One Piece begitu kuat dalam sebuah protes adalah inti ceritanya. Ini tentang sekelompok orang yang tidak cocok, orang luar, pemberontak, yang bersatu melawan sistem yang tidak menginginkan mereka," jelas seorang asisten profesor yang berafiliasi dengan Institute for Southeast Asian Studies, di Yusof Ishak Institute Singapura, Nuurrianti Jalli, kepada NPR, Senin (6/10/2025).

Narasi perlawanan terhadap ketidakadilan dan korupsi ini ternyata relevan bagi kaum muda di berbagai belahan dunia.

Seorang pengunjuk rasa di Madagaskar yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa kaum muda yang merasa tidak didengar oleh pemerintah dan terjebak dalam sistem yang tidak adil dapat langsung memahami cerita tersebut.

"Selain hiburan, bajak laut Topi Jerami melambangkan kebebasan, kemerdekaan- semangat yang Anda miliki untuk menentang otoritas yang tidak adil. Itu sangat menginspirasi saya," kata seorang pengunjuk rasa berusia 25 tahun itu.

Pemerintah di beberapa negara dilaporkan berusaha untuk menekan penggunaan simbol ini.

Di Indonesia, pejabat bahkan sempat menyarankan bahwa mengibarkan bendera tersebut bisa dianggap sebagai tindakan makar, yang memicu pernyataan dari Amnesty International untuk membela hak kebebasan berekspresi para pengunjuk rasa.

Penggunaan simbol budaya pop dalam protes bukanlah hal baru.

Sebelumnya, para demonstran di Hong Kong menggunakan meme Pepe the Frog, pengunjuk rasa di Myanmar menggunakan hormat tiga jari dari "The Hunger Games", dan di tempat lain topeng Guy Fawkes dari "V for Vendetta" juga menjadi simbol perlawanan.

Andrea Horbinski, seorang ahli sejarah modern Jepang, menyatakan bahwa penggunaan simbol yang populer dan akrab bagi banyak orang menjadi cara cepat untuk menunjukkan posisi mereka dalam suatu isu.

"Bagi pemuda Gen Z saat ini, bendera anime tersebut mewujudkan semangat yang tidak dapat ditandingi oleh politisi mana pun," tuturnya.


(tps/șef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Baru Sebulan Menjabat, PM Prancis Mundur