Pecah Perang Baru, Rudal AS Hantam Kapal Tetangga-Korban Berjatuhan
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Pete Hegseth pada Jumat (3/10/2025) mengumumkan bahwa sebuah kapal yang dituding mengangkut narkoba dihantam rudal di perairan internasional dekat pantai Venezuela. Serangan itu menewaskan sedikitnya empat orang, seluruhnya laki-laki.
Insiden ini menjadi yang keempat dalam beberapa pekan terakhir, sekaligus menyoroti strategi Presiden Donald Trump yang semakin kerap menggunakan kekuatan militer AS di luar praktik lazim, termasuk dalam operasi kontra-narkoba.
"Serangan ini dilancarkan terhadap kapal yang membawa sejumlah besar narkoba menuju Amerika untuk meracuni rakyat kita," kata Hegseth dalam konferensi pers, dilansir Reuters.
"Serangan-serangan ini akan terus berlanjut sampai serangan terhadap rakyat Amerika benar-benar berakhir!!!!" tulisnya lagi di X.
Hegseth juga merilis video berdurasi hampir 40 detik yang memperlihatkan sebuah kapal kecil bergerak di laut sebelum dihujani proyektil. Ledakan besar terjadi ketika tembakan menghantam badan kapal, menenggelamkannya seketika.
Ia menegaskan bahwa intelijen AS memiliki bukti "tanpa keraguan" bahwa kapal tersebut membawa narkoba, dan menyebut empat orang di dalamnya sebagai "narco-terrorists." Namun, Hegseth tidak memerinci jenis maupun jumlah narkoba yang dituding ada di kapal itu.
Trump ikut mengomentari serangan ini. Tanpa memberikan bukti, ia mengeklaim kapal tersebut membawa cukup narkoba "untuk membunuh 25.000 hingga 50.000 orang."
Adapun operasi kontra-narkoba di laut biasanya merupakan kewenangan Penjaga Pantai AS, bukan militer aktif. Namun pekan ini, Pentagon memberi tahu Kongres bahwa Trump telah menetapkan AS "sedang terlibat dalam konflik bersenjata non-internasional" melawan kartel narkoba.
Dokumen itu disebut sebagai dasar hukum untuk penggunaan militer secara langsung di Karibia. Sejumlah mantan pengacara militer mempertanyakan legitimasi pendekatan ini. Mereka menilai membunuh tersangka penyelundup narkoba di laut, alih-alih menangkap dan mengadili, tidak sesuai dengan hukum perang internasional.
Trump bahkan menyebut sedang mempertimbangkan opsi serangan terhadap kartel narkoba "yang masuk lewat darat," sesuatu yang diyakini bakal menimbulkan perdebatan hukum baru.
AS kini meningkatkan kehadiran militernya di selatan Karibia. Menurut laporan, terdapat delapan kapal perang AS dengan ribuan marinir dan pelaut, satu kapal selam bertenaga nuklir, serta jet tempur F-35 yang ditempatkan di Puerto Riko.
Meski sudah ada beberapa serangan serupa sebelumnya, pemerintah AS belum pernah merilis identitas korban maupun rincian muatan kapal yang digempur.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro sebelumnya berulang kali menuding Washington menggunakan isu narkoba sebagai dalih untuk menggulingkannya dari kekuasaan.
Pada Agustus lalu, AS bahkan menggandakan tawaran hadiah menjadi US$ 50 juta (sekitar Rp800 miliar) bagi siapa saja yang memberikan informasi yang bisa mengarah pada penangkapan Maduro.
Washington menuduhnya terlibat dalam jaringan narkotika dan kriminal internasional, tuduhan yang terus dibantah oleh Maduro.
(luc/luc)