
AS Terancam Shutdown Lagi, Tapi Kali Ini Dampaknya Ngeri

Jakarta, CNBC Indonesia - Penutupan (shutdown) pemerintah Amerika Serikat (AS) seiring perselisihan anggaran di Kongres maupun Senat, biasanya berdampak kecil pada perekonomian Paman Sam. Tapi, kali ini mungkin berbeda.
Presiden AS Donald Trump telah mengancam shutdown akan menjadikan PHK permanen bagi pekerja pemerintah federal. Ini terjadi di tengah kondisi ketenagakerjaan AS yang memang kini tengah genting.
"Kami punya alasan untuk berpikir bahwa penutupan pemerintah kali ini mungkin tidak mengikuti preseden sebelumnya," ujar Michael McLean, analis senior kebijakan publik di Barclays, dalam catatan klien, dikutip CNBC International, Selasa (30/9/2025).
"Jika Trump menindaklanjutinya, ini akan menjadi perubahan signifikan dari praktik sebelumnya dan dapat menimbulkan ketidakpastian baru pada dampak ekonomi dari penutupan pemerintah, yang jika tidak, kami perkirakan hanya akan berdampak kecil," tambahnya.
Memang, penutupan pemerintah di masa lalu hanya meninggalkan sedikit dampak. Pasar sempat mengalami aksi jual, tetapi kemudian pulih dengan cepat.
Untuk pertumbuhan, sebagian besar ekonom menghitung dampaknya sekitar 0,1 poin persentase dari produk domestik bruto (PDB) selama seminggu. Penutupan terlama berlangsung selama 35 hari, dari akhir 2018 namun, dampaknya ternyata tidak terlalu besar untuk ekonomi senilai US$30 triliun (Rp 500.000 triliun).
"Kerugian jangka pendek biasanya mudah terpulihkan pada kuartal-kuartal berikutnya," menurut Bank of America.
Namun, dalam kasus Trump kali ini, pasar tenaga kerja AS memang sudah goyah. Khususnya, wilayah Washington, D.C., tempat sebagian besar pegawai pemerintah federal bermukim.
Mereka telah terpukul oleh pemutusan hubungan kerja (PHK) awal tahun ini yang inisiasi Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). Shutdown otomatis membuat pegawai yang tidak dianggap penting dirumahkan.
Sebenarnya, para pekerja ini biasanya dipanggil kembali setelah kebuntuan anggaran di Kongres atau Senat mencair Namun Trump mengancam, dalam sebuah wawancara dengan NBC News bahwa "kami akan memangkas banyak orang yang ... dapat kami pangkas secara permanen".
"Ancaman Trump dapat memiliki dampak jangka pendek yang lebih parah daripada biasanya," tulis ekonom Nomura, David Seif.
"Jika penutupan pemerintah berlangsung cukup lama, rilis data ekonomi penting dapat tertunda," tambahnya lagi.
Dampaknya ke Data AS dan The Fed
Sebenarnya Kementerian Tenaga Kerja AS mengatakan bahwa mereka akan menutup hampir semua aktivitas. Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), yang merilis beberapa laporan ekonomi penting termasuk jumlah pekerjaan bulanan, juga akan ditutup selama shutdown berlangsung.
BLS pun sudah memperingatkan adanya penundaan dan penurunan kualitas data bagi penerima Jaminan Sosial. Penundaan rilis data inflasi indeks harga konsumen dapat memengaruhi penyesuaian biaya hidup.
"Dampak paling langsung dan berdampak adalah pada pegawai federal dan kontraktor yang dirumahkan," ujar ekonom senior di NerdWallet, Elizabeth Renter.
"Ketika rumah tangga terpaksa tidak memiliki penghasilan, bahkan selama seminggu, hal itu dapat mengganggu stabilitas keuangan mereka secara signifikan," ujarnya.
Situasi ini juga dapat berdampak pada bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed/Fed). The Fed sangat mengandalkan data BLS dalam mengambil keputusan tentang suku bunga dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kebijakan moneter.
"Penutupan pemerintah akan menghentikan rilis data ekonomi, membuat The Fed bergantung pada data swasta untuk keputusan kebijakannya jika penutupan pemerintah diperpanjang," ujar kepala strategi suku bunga di Bank of America, Mark Cabana, dalam sebuah catatan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Rela Kena PHK, Puluhan Ribu PNS AS Pilih Resign Berjemaah
