Pabrik Baterai EV di Karawang Ditargetkan Mulai Beroperasi Akhir 2026
Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek pembangunan pabrik sel baterai kendaraan listrik (EV) khususnya di Karawang, Jawa Barat ditargetkan bisa mulai berproduksi pada akhir 2026 mendatang. Proyek tersebut merupakan salah satu proyek ekosistem baterai listrik di Indonesia.
Adapun, kepemilikan dari proyek tersebut dipegang oleh perusahaan China yakni Brunp Lygend Co Ltd (CBL) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) yang merupakan usaha patungan milik PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum, PT Antam Tbk., PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Direktur Utama Inalum Melati Sarnita mengatakan pabrik baterai ini merupakan bagian dari proyek strategis nasional dalam pembangunan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia.
"The first production untuk yang ke Karawang itu di Q4 2026 Pak targetnya (beroperasi)," jelas Melati dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Jakarta, dikutip Selasa (30/9/2025).
Adapun, target produksi penuh dari proyek tersebut ditargetkan bisa tercapai di tahun 2027-2028 mendatang.
"Insya Allah kalau kita lihat baru mulai, pasti 2027-2028 lah Pak," katanya.
Proyek Ekosistem Baterai Terintegrasi
Proyek ekosistem baterai terintegrasi hulu-hilir ini dioperasikan oleh PT Aneka Tambang (Antam), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), dan perusahaan asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend.
Adapun, total investasi keseluruhan proyek baterai terintegrasi hulu-hilir tersebut mencapai US$ 5,9 miliar atau setara Rp 96,04 triliun (asumsi kurs Rp 16.278 per US$).
Proyek ini terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV) mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.
Hulu:
JV 1: Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.
JV 2: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.
JV 3: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.
Hilir:
JV 4: Proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.
JV 5: Proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.
JV 6: Proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan tahun 2031 mendatang.
(ven/wur)