Pemilik Cadangan Top 5 Dunia Tapi RI Masih Impor Emas Besar-besaran!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Selasa, 30/09/2025 09:45 WIB
Foto: Emas. (Dok. Pexel)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masih melakukan impor emas untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri. Pasalnya, dari total kebutuhan emas yang mencapai puluhan ton per tahun, produksi emas dari tambang perusahaan hanya seuprit yakni 1 ton per tahun.

Direktur Utama Antam Achmad Ardianto menyatakan, kebutuhan masyarakat akan emas terus mengalami peningkatan. Tercatat, pada tahun lalu penjualan emas mencapai 43 ton, dan tahun 2025 ini ditargetkan bisa mencapai 45 ton.

Dia menjelaskan, hal ini karena tambang emas yang dikelola Antam dan sudah berproduksi saat ini hanya ada di Pongkor, Jawa Barat dan itu pun produksinya hanya mencapai 1 ton per tahun.


"Mungkin (impor) 30-an ton Pak (per tahun). Potensi kita 90 ton," ungkap Achmad, menjawab pertanyaan dari anggota Komisi VI DPR pada saat Rapat Dengar Pendapat (RDP), Senin (29/9/2025).

Nah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan emas itu, Antam memiliki beberapa opsi. Pertama, mengambil dari pasar lokal atau buyback.

"Jadi emas-emas masyarakat yang dulu dibeli di Antam kemudian butuh cash dijual kembali ke Antam, itu menjadi sumber bagi kami untuk dicetak dengan versi yang baru. Itu cuma 2,5 ton satu tahun dapatnya,"

Kedua, emas berasal dari perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia yang memurnikannya di Antam. Di mana, Antam akan menawarkan pembelian emas kepada perusahaan tersebut. Namun, kondisi ini juga tidak mudah. Pasalnya, tidak ada regulasi yang mewajibkan penambang menjual emas ke Antam, sehingga perusahaan tambang emas dalam negeri bisa mengekspor emas hasil tambangnya.

"Nah soalnya adalah tidak ada aturan yang mewajibkan mereka untuk menjual ke Antam. Jadi menjadi fleksibilitas bagi perusahaan tambang di Indonesia untuk menjualnya di dalam negeri ataupun mengekspor," ujarnya.

Menurutnya, perusahaan tambang kebanyakan lebih memilih opsi ekspor emas dibanding menjualnya ke Antam karena adanya beban pajak.

Selain itu, perusahaan tambang yang menjual emasnya ke Antam biasanya mereka juga meminta agar peraknya juga dibeli oleh Antam. Pasalnya, sulit bagi mereka untuk menjual peraknya saja apabila emasnya sudah diambil Antam.

"Dengan bundling ini ada pajak juga Pak yang muncul di situ PPN 13% yang itu berat bagi mereka dan bagi Antam juga tentunya," katanya.

Ketiga, membeli sourcing emas dari luar negeri atau impor yang berasal dari perusahaan dan lembaga yang terafiliasi dengan London Bullion Market Association (LBMA). Baik itu bullion bank, refinery, maupun trader.

"Nah oleh karena tidak ada kepastian ketersediaan di dalam negeri Pak, berarti tidak ada kewajiban bagi perusahaan tambang yang menambang di Indonesia untuk menjual ke Antam. Dan B2B-nya tidak selalu menguntungkan bagi perusahaan tersebut untuk menjual kepada Antam emasnya saja, maka Antam masuk ke porsi ketiga Pak. Jadi buyback, kemudian local sourcing, kemudian yang ketiga adalah membeli sourcing emas dari luar negeri. Impor emas Pak judulnya Pak," tuturnya.

"Dari mana Antam mengimpornya? Dari semua perusahaan ataupun lembaga yang terafiliasi dengan LBMA. Jadi kita tidak asal Pak mengimpor dari selalu perusahaan-perusahaan terafiliasi. Ada tiga Pak, bullion bank, refinery, maupun trader," ujarnya.

"Nah kita membeli dari refinery maupun bullion trader yang ada di Singapura maupun Australia. Dengan harga apa? Dengan harga pasar Pak. Jadi semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak," tandasnya.

Di sisi lain, RI termasuk pemilik cadangan emas lima besar di dunia.

Berdasarkan data Booklet Emas yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020, jumlah cadangan emas yang dimiliki RI yakni sebesar 2.600 ton Au (emas). Jumlah tersebut setidaknya 5% dari total cadangan emas dunia yang mencapai 50.300 ton Au.

"Indonesia memiliki cadangan emas 5 besar di dunia, artinya Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku emas dunia," dikutip dari Booklet Emas yang dirilis Kementerian ESDM, dikutip Selasa (16/4/2024).

Sementara itu, posisi pertama pemilik cadangan emas terbesar di dunia ditempati oleh Australia. Australia tercatat memiliki cadangan emas sebesar 10.000 ton Au atau 20% dari total cadangan emas dunia.

Adapun, dari sisi sumber daya bijih emas, pada 2020 Indonesia tercatat memiliki 14,96 miliar ton, sumber daya logam 0,01 juta ton. Sedangkan dari sisi cadangan bijih emas, Indonesia tercatat memiliki cadangan sebesar 3,6 miliar ton dan cadangan logam emas 0,005 juta ton.

Dengan jumlah cadangan bijih emas mencapai 3,6 miliar ton dan produksi bijih sebesar 13,16 juta ton per tahun. Maka umur cadangan emas RI diperkirakan bisa bertahan hingga 269 tahun terhitung sejak 2020.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 50 Kapal Berlayar Lawan Israel-Harga Emas Antam Cetak Rekor