Produksi Sendiri Kurang, Bos Antam Beberkan Cara Dapatkan Sumber Emas

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
29 September 2025 20:55
Direktur Utama di PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Nicolas D. Kanter menyampaikan paparan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI. (Tangkapan Layar Youtube/Komisi VI DPR RI Channel)
Foto: Direktur Utama di PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Nicolas D. Kanter menyampaikan paparan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI. (Tangkapan Layar Youtube/Komisi VI DPR RI Channel)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengungkapkan tantangan yang cukup besar dalam memenuhi permintaan emas di dalam negeri. Mengingat, dari total kebutuhan puluhan ton per tahunnya, produksi emas dari tambang milik perusahaan hanya sebesar 1 ton per tahun.

Direktur Utama Antam Achmad Ardianto mengungkapkan, selama ini pihaknya hanya bisa mengandalkan tiga sumber pasokan emas. Pertama, hasil buyback dari masyarakat, kedua pembelian dari penambang lokal, dan ketiga impor dari luar negeri.

Dia menjelaskan, perusahaan tambang emas di Indonesia tidak memiliki kewajiban untuk menjual emasnya kepada Antam, sehingga perusahaan tambang lebih banyak memilih mengekspor emasnya. Alasannya, tidak selalu menguntungkan apabila menjualnya ke Antam.

Menurutnya, perusahaan tambang kebanyakan lebih memilih opsi ekspor emas dibanding menjualnya ke Antam karena adanya beban pajak.

Selain itu, perusahaan tambang yang menjual emasnya ke Antam biasanya mereka juga meminta agar peraknya juga dibeli oleh Antam. Pasalnya, sulit bagi mereka untuk menjual peraknya saja apabila emasnya sudah diambil Antam.

"Dengan bundling ini ada pajak juga Pak yang muncul di situ PPN 13% yang itu berat bagi mereka dan bagi Antam juga tentunya," katanya dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9/2025).

"Nah oleh karena tidak ada kepastian ketersediaan di dalam negeri Pak, berarti tidak ada kewajiban bagi perusahaan tambang yang menambang di Indonesia untuk menjual ke Antam. Dan B to B-nya tidak selalu menguntungkan bagi perusahaan tersebut untuk menjual kepada Antam emasnya saja, maka Antam masuk ke porsi ketiga Pak. Jadi buyback, kemudian local sourcing, kemudian yang ketiga adalah membeli sourcing emas dari luar negeri. Impor emas Pak judulnya Pak," tuturnya.

Ia pun membeberkan bahwa impor emas yang dilakukan Antam berasal dari perusahaan dan lembaga yang terafiliasi dengan London Bullion Market Association (LBMA), baik itu bullion bank, refinery, maupun trader.

"Dari mana Antam mengimpornya? Dari semua perusahaan ataupun lembaga yang terafiliasi dengan LBMA. Jadi kita tidak asal Pak mengimpor dari selalu perusahaan-perusahaan terafiliasi. Ada tiga Pak, bullion bank, refinery, maupun trader," ujarnya.

Selain itu, Achmad juga menargetkan agar merek Logam Mulia yang beredar saat ini menjadi ikon emas nasional. Pasalnya, produk emas Antam tersebut telah menguasai sekitar 78% pangsa pasar emas retail di Indonesia.

Ia pun menekankan pentingnya menjaga agar emas yang ditambang, dimurnikan, dan dicetak di dalam negeri menjadi kebanggaan nasional, sekaligus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Perlu diketahui, produksi emas Antam hingga Juni 2025 tercatat mencapai 438 kilo gram (kg), tidak jauh berbeda dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 439 kg. Hingga Desember 2024, produksi emas Antam tercatat 1.019 kg atau 1,019 ton, turun dibandingkan produksi emas pada 2023 yang mencapai 1.208 kg.

Sementara dari sisi penjualan, penjualan emas Antam selama Semester I-2025 tercatat 29.305 kg, melonjak 84% dari 15.969 kg pada periode yang sama tahun lalu. Pada 2024 Antam tercatat menjual 43.776 kg atau 43,776 ton emas, melonjak dari 2023 yang tercatat sebesar 26.129 kg atau 26,129 ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Antam Bangun Pabrik Emas Baru di Gresik, Target Beroperasi 2027

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular