Harus Impor, Bos Antam Blak-blakan Susahnya Nyari Pasokan Emas di RI

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Senin, 29/09/2025 16:07 WIB
Foto: Direktur Utama di PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Nicolas D. Kanter menyampaikan paparan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI. (Tangkapan Layar Youtube/Komisi VI DPR RI Channel)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengungkapkan tantangan yang cukup besar dalam memenuhi permintaan emas di dalam negeri. Pasalnya, dari total kebutuhan emas puluhan ton per tahunnya, produksi emas Antam hanya sebesar 1 ton per tahun.

Direktur Utama Antam Achmad Ardianto mengungkapkan persoalan utama yang dihadapi perusahaan yakni karena masih terbatasnya produksi emas dari tambang yang dioperasikan perusahaan. Dia menyebut, kapasitas produksi tambang emas milik Antam di Pongkor saat ini hanya sekitar 1 ton per tahun.

Di sisi lain, permintaan emas dari masyarakat kini sudah mencapai lebih dari 40 ton per tahun. Dia menyebut, pada tahun 2024 lalu permintaan emas mencapai 43 ton per tahun, dan pada 2025 ini diperkirakan naik menjadi 45 ton per tahun.


"Persoalannya adalah tambang milik Antam yang saat ini satu-satunya ada di Pongkor itu produksinya cuma 1 ton setahun Pak. Cuma 1 ton setahun, jadi emas yang dihasilkan oleh Antam, ditambang oleh Antam itu cuma 1 ton setahun. Sementara kebutuhan masyarakat tahun lalu 43 ton," jelas Achmad dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9/2025).

Menurut dia, guna memenuhi kebutuhan emas selama ini Antam memiliki standar tersendiri dengan mengutamakan pasokan dari dalam negeri. Salah satunya melalui mekanisme buyback, emas milik masyarakat yang sebelumnya dibeli kemudian dijual kembali.

"Itu menjadi sumber bagi kami untuk dicetak dengan versi yang baru. Itu cuma 2,5 ton satu tahun dapatnya, jadi kita masih shortage banyak," katanya.

Selain itu, Antam juga mendapat pasokan emas melalui mekanisme pembelian langsung dari perusahaan tambang lain. Namun demikian, tidak ada regulasi yang mewajibkan penambang menjual emas ke Antam, sehingga perusahaan tambang emas dalam negeri bisa mengekspor emas hasil tambangnya.

"Nah soalnya adalah tidak ada aturan yang mewajibkan mereka untuk menjual ke Antam. Jadi menjadi fleksibilitas bagi perusahaan tambang di Indonesia untuk menjualnya di dalam negeri ataupun mengekspor," ujarnya.

Kondisi ini lantas membuat proses pasokan emas ke Antam harus melalui mekanisme tawar menawar. Terlebih, perusahaan tambang kebanyakan lebih memilih opsi ekspor emas dibanding menjualnya ke Antam karena adanya beban pajak.

Selain itu, perusahaan tambang yang menjual emasnya ke Antam biasanya mereka juga meminta agar peraknya juga dibeli oleh Antam. Pasalnya, sulit bagi mereka untuk menjual peraknya saja apabila emasnya sudah diambil Antam.

"Dengan bundling ini ada pajak juga Pak yang muncul di situ PPN 13% yang itu berat bagi mereka dan bagi Antam juga tentunya," katanya.

"Nah oleh karena tidak ada kepastian ketersediaan di dalam negeri Pak, berarti tidak ada kewajiban bagi perusahaan tambang yang menambang di Indonesia untuk menjual ke Antam. Dan B to B-nya tidak selalu menguntungkan bagi perusahaan tersebut untuk menjual kepada Antam emasnya saja, maka Antam masuk ke porsi ketiga Pak. Jadi buyback, kemudian local sourcing, kemudian yang ketiga adalah membeli sourcing emas dari luar negeri. Impor emas Pak judulnya Pak," tuturnya.

"Dari mana Antam mengimpornya? Dari semua perusahaan ataupun lembaga yang terafiliasi dengan LBMA. Jadi kita tidak asal Pak mengimpor dari selalu perusahaan-perusahaan terafiliasi. Ada tiga Pak, bullion bank, refinery, maupun trader," ujarnya.

Dia pun menyebut Antam tidak pernah mengeskpor emas. Ekspor emas dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambang emas lainnya.

"Nah inilah yang kemudian terasosiasikan bahwa seakan-akan kita mengekspor emas padahal Antam tidak pernah mengekspor emas kita Pak. Jadi yang mengekspor emas itu adalah perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia," ujarnya.

"Nah kita membeli dari bullion bank maupun refinery maupun bullion trader yang ada di Singapura maupun Australia. Dengan harga apa? Dengan harga pasar Pak. Jadi semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak," jelasnya.

"Lalu kenapa Antam impor? Ya judulnya terpaksa Pak. Karena kebutuhan masyarakat besar sementara sumber tidak ada," tandasnya.

Perlu diketahui, produksi emas Antam hingga Juni 2025 tercatat mencapai 438 kilo gram (kg), tidak jauh berbeda dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 439 kg. Hingga Desember 2024, produksi emas Antam tercatat 1.019 kg atau 1,019 ton, turun dibandingkan produksi emas pada 2023 yang mencapai 1.208 kg.

Sementara dari sisi penjualan, penjualan emas Antam selama Semester I-2025 tercatat 29.305 kg, melonjak 84% dari 15.969 kg pada periode yang sama tahun lalu. Pada 2024 Antam tercatat menjual 43.776 kg atau 43,776 ton emas, melonjak dari 2023 yang tercatat sebesar 26.129 kg atau 26,129 ton.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 50 Kapal Berlayar Lawan Israel-Harga Emas Antam Cetak Rekor