
BI Luncurkan Matchmaking Overnight Index Swap, Ini Tujuannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menandatangani Perjanjian Induk Derivatif Antarbank secara Bersama dan Launching Matchmaking Overnight Index Swap (OIS) pada Jumat (26/9/2025). Penguatan pada instrumen OIS diharapkan akan semakin memperdalam pasar keuangan Indonesia yang akan berdampak positif bagi ekonomi nasional hingga stabilitas kurs rupiah.
Sebagai informasi, OIS merupakan kontrak atau perjanjian antara dua pihak untuk mempertukarkan aliran suku bunga dalam rupiah secara periodik selama masa kontrak atau pada akhir masa kontrak berdasarkan jumlah nasional (principal) tertentu yang perhitungannya menggunakan basis bunga harian (daily compounding). Pihak bank yang melakukan transaksi derivatif suku bunga rupiah berupa transaksi OIS dapat mengacu pada INDONIA.
BI pun menyebut, sebagai instrumen mitigasi risiko suku bunga, pengembangan OIS berbasis INDONIA ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran strategis pembentukan harga yang forward looking, transaction-based pada seluruh tenor, serta terbentuk secara efisien, transparan, dan kredibel sejalan dengan rencana penghentian publikasi JIBOR mulai 1 Januari 2026.
Kendati demikian, saat ini likuiditas OIS masih terbatas. Dalam rangka memperkuat ekosistem OIS, BI menginisiasi matchmaking OIS, penerbitan BI-Floating Rate Notes (BI-FRN), perluasan interkoneksi dan penguatan kompetensi pelaku pasar, serta penguatan price discovery. Lantas, Matchmaking OIS bertujuan untuk memfasilitasi price discovery dan mendorong pasar OIS domestik, serta mendukung pembentukan tingkat referensi INDONIA yang berorientasi masa depan.
Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro mengatakan, upaya BI yang menginisiasi Matchmaking OIS dapat diartikan sebagai bagian dari pendalaman pasar keuangan di Tanah Air, sehingga pada akhir transaksi di pasar keuangan akan meningkat. Ketika transaksi semakin besar, pasar keuangan akan lebih efisien yang kemudian bakal menurunkan beban biaya usaha terutama dari sisi perbankan.
"Efisiensi ini sekarang semakin penting di situasi yang seperti saat ini," kata Andry kepada awak media, Jumat (26/9/2025).
Lebih jauh, pengembangan OIS berbasis INDONIA akan memperluas instrumen interest rate hedging di pasar domestik yang kemudian akan meningkatkan likuiditas dan transparansi. Selain itu, OIS berbasis INDONIA sebagai bagian dari pengembangan transaksi Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) turut memberi instrumen lindung nilai valas yang lebih kredibel, sehingga menambah kedalaman instrumen di luar pasar spot, repo, dan obligasi.
OIS berbasis INDONIA juga akan memperkuat price data discovery, mengingat perannya akan menggantikan JIBOR, sehingga dapat membentuk kurva suku bunga rupiah yang kredibel. Instrumen ini juga menjadi bentuk standardisasi kontrak CSA yang akan menurunkan risiko counterparty (mitra pengimbang), sehingga dapat menarik partisipasi lebih luas.
Kehadiran OIS berbasis INDONIA juga berpotensi mendorong inflow yang lebih besar ke pasar domestik. Dalam hal ini, kebijakan Matchmaking OIS akan memicu likuiditas pasar derivatif yang lebih dalam. Dampaknya adalah kurs rupiah menjadi lebih menarik bagi investor asing, sehingga mereka akan meningkatkan aliran modal jangka pendek maupun menengah.
"Intinya dengan pasar keuangan yang semakin efisien dan dalam, maka akan menurunkan cost dan akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ungkap dia.
Sementara itu, Chief Economist Bank Central Asia David Sumual juga mengapresiasi kolaborasi BI dan OJK yang meluncurkan Matchmaking OIS. Pada dasarnya, pelaku pasar keuangan di Indonesia sangat banyak. Ada eksportir, importir, hingga investor yang semuanya dapat bertransaksi di pasar. Para pelaku pasar ini jelas membutuhkan produk yang bervariasi, salah satunya adalah OIS berbasis INDONIA.
"Jadi potensinya besar sekali sebenarnya. Tapi sayangnya memang kalau kita tanya korporasi-korporasi besar, karena memang kita belum-belum lengkap ya. Makanya, ada pengembangan-pengembangan ini kita apresiasi ya tentunya," terang David.
Pada saat acara Launching Matchmaking OIS di Jakarta, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menyampaikan, fokus pada penguatan aspek pelaku OIS dan DNDF. Untuk itu, BI mengapresiasi seluruh pihak yang telah terlibat dalam Penandatanganan Perjanjian Induk Derivatif Secara Bersama sekaligus peluncuran Matchmaking OIS. Terdapat 57 Bank yang berpartisipasi dalam penandatanganan Perjanjian Induk Derivatif Indonesia (PIDI), International Swaps and Derivatives Association (ISDA), maupun komitmen kontrak penerapan margin.
Selanjutnya, BI berharap agar langkah positif ini tidak berhenti di tahap penandatanganan, namun terus dilanjutkan ke transaksi OIS dan DNDF secara riil di pasar uang dan pasar valas. Hal ini penting sebagai bentuk persiapan dan pembiasaan untuk mendukung transformasi pengelolaan moneter pro-market ke depan.
"Nanti BI akan melihat sama OJK. Ini siapa nih udah banyak nih, sudah muncul di depan transaksinya paling banyak," terang dia.
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menambahkan, dalam rangka mendukung hedging risk dari fluktuasi benchmark rate yang berbasis
transaksi seperti INDONIA, perbankan jelas memerlukan pengembangan dan pendalaman pasar OIS. Lantas, pasar OIS berbasis INDONIA yang dalam dan likuid akan memberikan manfaat untuk manajemen risiko perbankan maupun menjadi dasar pengembangan forward looking term rate yang kredibel.
"Maka, saya mengapresiasi dan mendukung inisiatif pendalaman pasar OIS berbasis INDONIA," ucap dia.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: BI Sebut Daya Tahan Ekonomi RI Kuat Hadapi Ketidakpastian