China-Korut "Bersatu", Xi Jinping-Kim Jong Un Beri Pesan Baru ke Dunia
Jakarta, CNBC Indonesia - China dan Korea Utara (Korut) makin mesra. Negeri Presiden Xi Jinping mengatakan ingin memperkuat kerja sama dengan Negeri Kim Jong Un dan bekerja sama untuk menentang hegemoni.
Hal ini ditegaskan Menteri Luar Negeri China Wang Yi kepada Menteri Luar Negeri Korut Choe Son-hui saat bertemu Minggu, di Beijing. Mengutip AFP, ini secara tersirat merujuk pada Amerika Serikat (AS).
"Mempertahankan, mengonsolidasikan, dan mengembangkan hubungan China-DPRK selalu menjadi kebijakan strategis yang teguh pemerintah Tiongkok," ujar Wang kepada Choe, menggunakan akronim untuk Korut, dikutip Senin (29/9/2025).
"China bersedia memperkuat koordinasi dan kerja sama dengan DPRK dalam urusan internasional dan regional, menentang segala bentuk hegemonisme, dan menjaga kepentingan bersama kedua belah pihak serta keadilan dan kesetaraan internasional," katanya menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China.
Perlu diketahui AS adalah pesaing utama China dalam beberapa tahun terakhir. Kedua negara tak hanya berkompetisi di berbagai bidang ekonomi tapi juga geopolitik.
Pada 2024, nilai transaksi perdagangan AS-China mencapai US$660 miliar pada 2024. Di mana AS mengimpor produk China senilai US$460 miliar, sedangkan China impor produk AS senilai US$200 miliar. Nilai perdagangan AS dan China sebesar hampir setara 50% PDB Indonesia. Ini sekitar 3,5 kali lipat APBN Indonesia di 2024.
Sementara, Kantor berita pemerintah Korut, KCNA, mengatakan bahwa para menteri telah sepenuhnya sepakat mengenai berbagai isu dalam diskusi mereka. Dalam laporan yang dipublikasikan hari ini, para menteri disebut "bertukar pandangan mengenai isu-isu internasional dan regional secara mendalam dan mencapai konsensus penuh".
Meskipun hubungan China dan Korut sempat tegang akibat program nuklir Pyongyang, kedua negara tetangga ini tetap mempertahankan hubungan yang erat. Kim berdiri bersama Xi Jinping, di Beijing bulan ini dalam sebuah parade militer besar untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II.
China merupakan sumber vital dukungan diplomatik, ekonomi, dan politik bagi Korut, negara nuklir yang terisolasi. Kedua negara memiliki kesamaan dalam hal penentangan terhadap AS.
Kim telah menyatakan siap untuk melanjutkan kontak dengan Washington jika negeri yang kini dipimpin Presiden Donald Trump tersebut berhenti menuntut Pyongyang menghentikan program senjata nuklirnya. Pekan lalu, Menteri Unifikasi Korea Selatan (Korsel) Chung Dong-young mengatakan bahwa badan intelijen Seoul memperkirakan cadangan uranium yang diperkaya tinggi milik Pyongyang, dengan kemurnian lebih dari 90%, mencapai hingga 2.000 kilogram.
(sef/sef)