PM China Ingatkan Ancaman Mentalitas Perang Dingin di Pertemuan PBB
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang memperingatkan agar dunia tidak kembali ke "mentalitas Perang Dingin". Dia juga dengan tegas membela multilateralisme serta perdagangan bebas.
Hal yang disampaikan Li Qiang merupakan sebuah kritik terselubung terhadap Amerika Serikat dalam pidatonya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Jumat (26/9/2025).
Li tidak secara langsung menyebut Presiden AS Donald Trump, tetapi menggambarkan Tiongkok sebagai pembela tatanan global, yang telah lama dipegang oleh Washington.
"Dunia telah memasuki periode turbulensi dan transformasi baru," kata Li.
"Unilateralisme dan mentalitas Perang Dingin kembali muncul. Aturan dan tatanan internasional yang dibangun selama 80 tahun terakhir berada di bawah tantangan serius dan sistem internasional yang dulu efektif terus-menerus terganggu."
Li Membela Multilateralisme
Li menambahkan bahwa umat manusia "sekali lagi berada di persimpangan jalan".
Ia mengkritik penggunaan tarif, sebuah alat yang sering digunakan Trump terhadap Beijing dan negara-negara lain, meskipun Washington dan Beijing mencapai 'gencatan senjata' yang rapuh.
"Penyebab utama kelesuan ekonomi global saat ini adalah meningkatnya tindakan unilateral dan proteksionis seperti kenaikan tarif dan pembangunan tembok serta penghalang," kata Li. "Tiongkok secara konsisten telah membuka pintunya lebih lebar bagi dunia."
Li mengatakan Tiongkok berharap dapat bekerja sama dengan seluruh dunia untuk menegakkan cita-cita PBB.
Sengketa Laut China Selatan
Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Pasifiknya telah lama menuntut agar Tiongkok mengizinkan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan yang strategis, tempat Beijing memiliki klaim teritorial yang tumpang tindih.
Pemerintahan Trump, meskipun masih kritis terhadap Tiongkok, telah bergeser dari membela konvensi internasional dan justru menekankan kekuatan AS yang nyata.
(haa/haa)