Bos Mal Siap-Siap! Bisnis Ritel Ini Bisa "Tergusur", Ini Penyebabnya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 September 2025 13:05
Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah disebut jadi salah satu pemicu perubahan signifikan yang dialami sektor ritel di Indonesia saat ini. Meski pengunjung mal masih terus datang, pola konsumsi kini beralih. Pengusaha dan pengelola mal pun diminta bersiap menghadapi dan mengadopsi perubahan di masyarakat.

Kebanyakan pengunjung pusat perbelanjaan datang untuk makan dan minum, bersosialisasi, atau sekadar menikmati suasana baru. Alhasil sektor makanan dan minuman, termasuk restoran dan kafe, dilaporkan terus berkembang pesat. Nasib berbeda justru terjadi di sektor fesyen, lifestyle, dan home appliance. Hal ini terlihat dari keluarnya beberapa tenant di sektor-sektor tersebut.

Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip menilai pola belanja masyarakat Indonesia kini mulai bergeser. Banyak transaksi kini terjadi ke ranah e-commerce, sementara pusat perbelanjaan fisik bertransformasi menjadi ruang multifungsi.

"Pola belanja masyarakat saat ini mulai bergeser. Sebagian transaksi terjadi dalam ranah e-commerce, sehingga ruang ritel saat ini menjadi multifungsi, tidak hanya sebagai tempat belanja, tetapi menjadi ruang hidup sebagai tempat interaksi, edukasi, sosialisasi, bermain, berolahraga, dan sebagainya," katanya dalam laporan tertulis, dikutip Jumat (19/9/2025).

Dampaknya sektor ritel kelas menengah ke bawah menghadapi tantangan besar. Mereka berupaya bertahan dengan mengadopsi strategi omnichannel marketing dan memanfaatkan ruang terbuka untuk menyelenggarakan pameran, event, atau kegiatan hobi yang dapat menarik lebih banyak pengunjung.

"Pola konsumsi konsumen saat ini cukup menantang, sehingga pengelola ritel perlu terus melakukan inovasi. Seperti mengadopsi desain ruang olahraga untuk mengakomodasi gaya hidup sehat, seperti inovasi ruang untuk padel tennis, pickleball dan sebagainya," sebut Willson.

Data terbaru menunjukkan, total pasokan mal di Indonesia pada tahun ini meningkat 0,3% secara tahunan, mencapai 4.332.092 meter persegi.

Sementara itu, tingkat okupansi ruang ritel kini berada di angka 77,4%, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata harga sewa ruang ritel juga tercatat mengalami kenaikan sekitar 3% dibandingkan tahun lalu.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Mal Lagi Sulit, Bos Pengusaha Ungkap Kebiasaan Belanja Orang RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular