
Bos PGE Blak-blakan Strategi Dukung RUPTL 2025-2034

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) memiliki strategi jitu untuk mendukung tercapainya bauran energi baru terbarukan (EBT) khususnya sektor panas bumi. Hal tersebut juga sesuai yang sudah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.
Direktur Utama PGE Julfi Hadi mengatakan pihaknya menyambut kebijakan pemerintah untuk menargetkan tambahan kapasitas panas bumi hingga 5,2 Giga Watt (GW) dalam 10 tahun kedepan. Pihaknya juga telah menyiapkan langkah-langkah untuk mewujudkan target tersebut.
"Kalau kita lihat renewable di dalam green RUPTL itu mungkin kuota dari geothermal itu mungkin kecil 5,2 GW kalau dibandingkan yang lain ya, secara garis besar," katanya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Kamis (18/9/2025).
Salah satu strategi utama perusahaan adalah memanfaatkan potensi 3.000 Mega Watt (MW) yang dimiliki untuk membentuk ekosistem yang mendorong efisiensi biaya, adopsi teknologi baru, dan penguatan struktur manufaktur pembangkit di dalam negeri.
Menurutnya, percepatan menjadi kunci dalam memastikan target 1 GW kapasitas terpasang dalam 2-3 tahun ke depan bisa tercapai.
"PGE sudah bisa jalan, dan tentunya kita sekarang sudah walk the talk lagi, yang tahun lalu mungkin saya waktu di interview is just a plan, talking the walk, sekarang kita ada walk the talk," tambahnya.
Strategi lain yang dinilai krusial adalah pengembangan teknologi modular power plant dengan bantuan insentif dari pemerintah.
Tak hanya fokus pada pembangkitan listrik, PGE juga membidik pengembangan usaha sampingan seperti green hydrogen, green ammonia, dan data center yang ramah lingkungan. Hal itu menjadi bagian dari strategi perluasan lini bisnis di luar sektor kelistrikan.
"Kita harus mempunyai komersial model untuk hydrogen, karena kita sudah mempersiapkan 300 MW," imbuhnya.
Dengan begitu, pihaknya berharap bisa mendorong Indonesia menjadi negara panas bumi terbesar di dunia pada 2030, sekaligus menjadikan energi panas bumi sebagai penggerak utama transisi energi nasional.
Asal tahu saja, dalam RUPTL 2025-2034 tercatat rencana total penambahan kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 69,5 GW sampai 2034, sebesar 42,6 GW atau 61% akan berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT, dan 10,3 GW atau 15% dari sistem penyimpanan (storage).
Adapun, dari seluruh jenis pembangkit EBT, sumber energi surya memiliki porsi yang cukup besar yakni 17,1 GW. Kemudian, disusul oleh Air sebesar 11,7 GW, Angin sebesar 7,2 GW, Panas bumi sebesar 5,2 GW, Bioenergi sebesar 0,9 GW, dan Nuklir sebesar 0,5 GW.
Sementara itu, untuk kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW. Kemudian, untuk pembangkit fosil masih akan dibangun sebesar 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batubara 6,3 GW.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raih Laba Rp 511,63 Miliar di Q1 2025, Bos PGE Blak-blakan Sebut Ini