Harga Emas Meroket, Tambang Ilegal Picu "Demam Merkuri" di Sini
Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga emas internasional memicu "demam merkuri" di Meksiko tengah, ketika penambang ilegal mengeksploitasi logam beracun itu untuk mengolah emas.
Melansir The Associated Press pada Selasa (16/9/2025), fenomena ini menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan warga dan lingkungan di kawasan Sierra Gorda, salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di negeri itu.
Harga merkuri, bahan utama dalam penambangan emas skala kecil, kini meroket ke level US$240-US$350 per kilogram, melambung lebih dari sepuluh kali lipat dalam 15 tahun terakhir.
"Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, merkuri berharga. Para penambang berkata, 'Meracuni diri sendiri itu sepadan jika ingin mendapatkan sesuatu,'" ujar Fernando Díaz-Barriga, peneliti medis yang meneliti tambang merkuri di Meksiko.
Meksiko kini menjadi produsen merkuri terbesar kedua di dunia setelah China dengan produksi sekitar 200 ton per tahun, menurut data PBB. Sebagian besar logam tersebut diselundupkan ke Amerika Selatan, termasuk Kolombia, Peru, dan Bolivia, untuk mendukung operasi penambangan emas ilegal di Amazon.
"Coyote, begitu kami menyebutnya, membeli merkuri murah di sini lalu menjualnya dengan harga berlipat di Peru," kata Carlos Martínez, pemimpin salah satu tambang di San Joaquin, Queretaro.
Namun, keuntungan ekonomi itu dibayar mahal dengan risiko kesehatan. Studi awal menemukan kontaminasi merkuri dalam kadar sangat tinggi di udara, tanah, hingga tubuh para penambang. Gejala yang muncul antara lain tremor, gangguan neurologis, serta keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
"Kami telah melihat kontaminasi besar-besaran pada anak-anak, perempuan, dan lingkungan sekitar. Pada dasarnya, wilayah ini penuh dengan merkuri," tegas Díaz-Barriga.
Pemerintah Meksiko sendiri telah menandatangani konvensi PBB untuk melarang penambangan merkuri dengan target penutupan tambang artisanal pada 2032. Namun, implementasi di lapangan masih minim. Program alternatif pekerjaan yang dijanjikan pun belum dirasakan para penambang.
"Kami dilupakan oleh pemerintah Meksiko. Dengan pekerjaan di sini, kami hanya bisa berusaha memenuhi kebutuhan hidup," ujar Hugo Flores, penambang generasi ketiga di Sierra Gorda.
Para peneliti memperingatkan, jika praktik ini dibiarkan, kerusakan permanen bisa meluas ke kawasan lindung Sierra Gorda, habitat spesies langka seperti jaguar, beruang hitam Meksiko, dan macaw militer.
"Area ini bukan hanya tercemar. Ini wilayah yang diracuni," kata Díaz-Barriga.
(tfa/luc)