Strategi InJourney Mentransformasi Aviasi dan Pariwisata Indonesia

Elga Nurmutia, CNBC Indonesia
12 September 2025 10:55
InJourney Fokus Transformasi Bandara & Destinasi Wisata Prioritas
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan berkat kekayaan alam dan budayanya, sehingga bisa menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional di masa depan. Sebagai Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, InJourney berkomitmen mendorong transformasi sekaligus integrasi antara industri aviasi dan pariwisata Tanah Air.

Direktur Utama InJourney, Maya Watono menyampaikan, pariwisata merupakan sektor yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa pariwisata menjadi salah satu sektor yang memiliki daya tahan tinggi terhadap berbagai tekanan seperti gejolak geopolitik maupun ketidakpastian.

"Jadi, memang kami sangat optimis bahwa pariwisata ini bisa menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi masa depan untuk Indonesia," ujar Maya dalam Danantara BUMN Performance Report, dikutip Selasa (9/9/2025).

Peluang pengembangan pariwisata Indonesia jelas sangat terbuka, terutama dengan kekayaan alam dan budaya yang dimiliki. Oleh karena itu, InJourney berupaya mengembangkan ekosistem pariwisata sekaligus optimalisasi dan integrasi sektor aviasi dan pariwisata. Maya menegaskan upaya-upaya ini dapat menciptakan ekosistem pariwisata yang utuh dari hulu ke hilir, sehingga potensinya dapat dimaksimalkan.

Sejak berdiri sekitar 3,5 tahun lalu, InJourney memiliki dua tujuan utama yaitu mengakselerasi pertumbuhan sektor aviasi dan pariwisata pasca pandemi Covid-19, serta mengintegrasikannya. Untuk itu, InJourney berupaya meningkatkan kinerja industri aviasi dan pariwisata nasional melalui peninjauan fundamental bisnis.

"Di bawah kami ada enam pilar bisnis, dari airport, aviasi servis, destinasi, lalu hotel, retail, dan lain-lain. Itu harus kita lakukan fundamental business review dan melakukan penyehatan keuangan di anak perusahaan, dan di member-member kami," ungkap Maya.

Upaya peninjauan fundamental bisnis dan penyehatan keuangan sangat krusial bagi InJourney. Sebab, tanpa kondisi keuangan yang sehat, InJourney akan kesulitan menjalankan bisnis pariwisata secara berkelanjutan.

Maya menyebut, per tahun lalu, seluruh anggota InJourney sudah mampu membukukan kinerja keuangan yang positif. Hal ini sejalan dengan visi InJourney yang mengedepankan profitabilitas dan tata kelola usaha yang baik, serta diimbangi dengan peran sebagai agen pengembangan industri aviasi dan pariwisata nasional.

InJourney pun memiliki beberapa strategi inisiatif untuk memajukan sektor pariwisata Indonesia. Salah satunya adalah penguatan konektivitas destinasi pariwisata. Aspek konektivitas jelas sangat penting. Sebagus apapun suatu destinasi wisata, jika tidak didukung oleh konektivitas yang memadai dan layak, maka destinasi tersebut bakal kurang diminati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Strategi InJourney berikutnya adalah penguatan fasilitas akomodasi yang meliputi hotel, homestay, resor, dan lain sebagainya. Sejauh ini, beberapa daerah di Indonesia yang jadi tujuan pariwisata masih memiliki keterbatasan fasilitas akomodasi. Oleh karena itu, InJourney berusaha menggaet investor untuk mengembangkan fasilitas tersebut.

"Jadi memang kita banyak membawa investor asing untuk datang, maupun investor lokal dari private sector, maupun dari kami sendiri, dari anak usaha kami, engineer hospitality, untuk membangun akomodasi di berbagai destinasi," tutur Maya.

InJourney juga aktif menerapkan strategi berupa pengembangan program atau acara yang dapat meningkatkan daya tarik suatu destinasi pariwisata. Sebagai contoh, Mandalika yang berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) tak pernah sepi dari acara. Dalam waktu dekat, kawasan tersebut akan menggelar ajang Pocari Run dan MotoGP.

Penguatan sumber daya manusia (SDM) di bidang pariwisata dan hospitality juga dilakukan melalui berbagai program pelatihan. InJourney juga memperkuat aspek layanan pariwisata berkelanjutan dengan melibatkan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Tak hanya itu, InJourney berusaha memperkuat dampak ekonomi dari sektor pariwisata. Bukan hanya mengembangkan destinasi pariwisata saja, melainkan juga gencar melakukan promosi dan pemasaran untuk memikat para wisatawan. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke berbagai destinasi pariwisata di Tanah Air, maka peluang peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan pun semakin besar.

"Jadi ini memang butuh effort bersama untuk memajukan wisata Indonesia. Jadi dengan development dari daerah-daerah tadi, ini langsung terasa sama masyarakat sekitarnya, ekonomi impact-nya itu sendiri. Pariwisata itu adalah salah satu sektor yang paling terasa impact-nya untuk masyarakat," terang Maya.

Tak hanya pariwisata, peningkatan di sektor aviasi juga menjadi perhatian serius bagi InJourney. Maya menyebut, InJourney mengelola 37 bandara di seluruh Indonesia dan transformasi bandara tersebut bisa tercapai lebih cepat seiring kesuksesan merger antara PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II menjadi PT Angkasa Pura Indonesia.

Bentuk upaya lainnya yang dilakukan InJourney adalah optimalisasi kapasitas yang ada di bandara-bandara Indonesia. Sebagai contoh, kapasitas penumpang di Bandara Soekarno-Hatta dapat ditingkatkan dari 56 juta orang menjadi 86 juta penumpang tanpa harus membangun terminal baru. Optimalisasi ini pun terbilang efisien karena InJourney dapat menghemat penggunaan biaya.

"Saving itu bisa mencapai 14 triliun, karena kita tidak membangun terminal empat, tapi kita memaksimalkan apa yang kami miliki di terminal satu, dua, dan tiga," ucap Maya.

Strategi serupa juga bisa diterapkan pada bandara lainnya. Misalnya, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali yang kapasitas penumpangnya dapat ditingkatkan dari 24 juta orang menjadi 32-33 juta orang tanpa harus menambah jumlah terminal. Bandara ini juga bisa dipertimbangkan menjadi hub penerbangan dari berbagai wilayah dengan memanfaatkan Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata Indonesia.

Dengan sederet strategi yang disebutkan tadi, dapat dipastikan bahwa sektor aviasi dan pariwisata tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Usaha-usaha untuk meningkatkan nilai tambah pariwisata harus dibarengi oleh penguatan di sektor aviasi.

Berbekal strategi dan capaian yang telah diraih InJourney, Maya memiliki mimpi besar untuk menjadikan sektor pariwisata Indonesia semakin maju dalam 10 tahun mendatang. Sebagai pimpinan InJourney, dia berambisi berkontribusi pada peningkatan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia.

Bagi Maya, peran wisatawan asing sangat penting mengingat mereka biasanya selalu membawa dana segar yang akan berdampak signifikan bagi perekonomian nasional. Berdasarkan hitungan Maya, setiap ada penambahan 1 juta wisatawan asing, maka ada potensi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional bertambah sekitar Rp 40 triliun.

Di sisi lain, Maya turut berharap jumlah wisatawan lokal ikut meningkat secara jangka panjang. Wisatawan lokal biasanya tidak hanya sekadar pergi berekreasi saja, tetapi juga ada yang pergi dalam rangka perjalanan bisnis di kawasan wisata Indonesia. Wisatawan lokal tentu juga punya potensi kontribusi yang besar terhadap ekonomi nasional.

"Jadi, fresh money coming dari wisatawan internasional, tapi pemerataan ekonomi dilakukan oleh wisatawan Nusantara," tandas dia.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article HUT ke-80 RI, InJourney Hadirkan Nuansa Merah Putih di Sejumlah Lokasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular