
Ramai Warga Pindah ke BBM Non Subsidi, Pertamina Berikan Bukti Terbaru

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) membenarkan adanya pergeseran signifikan perilaku konsumen dalam pembelian bahan bakar minyak (BBM). Saat ini, masyarakat semakin banyak beralih ke BBM non subsidi.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra mengatakan bahwa konsumsi BBM non subsidi mengalami peningkatan dalam satu tahun terakhir.
"Di mana produk Pertamax dari tahun ke tahun, kita mencatat pertumbuhan 24%. Untuk produk Turbo, kita mencatat pertumbuhan 55%. Untuk produk Dex, kita mencatat pertumbuhan 19%," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Jakarta, dikutip Jumat (12/9/2025).
Pertumbuhan konsumsi BBM non subsidi tersebut tidak terlepas dari pengetatan program subsidi tepat yang dijalankan Pertamina melalui My Pertamina. Secara tidak langsung, masyarakat beralih menggunakan BBM non subsidi lantaran pembelian BBM subsidi seperti Solar Subsidi dan Pertalite saat ini seluruhnya menggunakan QR Code.
"Sehingga, program subsidi tepat ini mempunyai impact untuk mendorong produk-produk non-subsidi terus meningkat," imbuhnya.
Hingga Juli 2025, total volume penjualan Pertamina Patra Niaga mencapai 59 juta kiloliter, di mana 41% berasal dari produk non-subsidi. Perusahaan juga terus memperkuat infrastruktur distribusi dengan jaringan yang mencakup lebih dari 15.000 titik layanan BBM dan LPG di seluruh Indonesia, termasuk 573 titik BBM Satu Harga.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan alasan perpindahan konsumsi masyarakat dari Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi non subsidi.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyebutkan, perpindahan konsumsi BBM subsidi ke non subsidi tersebut disebabkan oleh penerapan kewajiban penggunaan QR Code untuk pembelian BBM bersubsidi di SPBU Pertamina. Tak tanggung-tanggung, jumlah migrasi konsumsi BBM subsidi ke non-subsidi mencapai 1,4 juta kilo liter (kl).
Perpindahan konsumsi BBM tersebut juga menjadi salah satu alasan dari menipisnya stok BBM di SPBU swasta dalam beberapa pekan terakhir.
"Jadi ini terjadi peningkatan. Menurut hitungan kami itu shifting yang terjadi itu sekitar 1,4 juta kiloliter, yang ini BBM jadi. Ke non subsidi. Jadi itu yang menyebabkan itu ada peningkatan permintaan untuk badan swasta," ungkap Yuliot ditemui di Gedung DPR RI, dikutip Senin (8/9/2025).
Yuliot mengatakan banyak masyarakat yang sejatinya belum melakukan pendaftaran QR Code untuk mengisi BBM subsidi. Ini terjadi lantaran kapasitas mesin (CC) kendaraan yang mereka miliki tidak sesuai ketentuan, sehingga akhirnya beralih menggunakan BBM non-subsidi.
"Sementara masyarakat karena itu perlu mendaftar, kemudian mereka juga mungkin itu CC kendaraannya tidak sesuai, terjadi shifting yang tadinya dari subsidi Pertalite itu menjadi non subsidi," katanya.
Begitu juga diungkapkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Laode Sulaeman. Dia memastikan bahwa saat ini cukup banyak masyarakat yang mulai beralih dari penggunaan BBM bersubsidi ke jenis BBM non subsidi.
"Ada shifting. Jadi masyarakat kita ternyata saat ini juga tidak selalu menggantungkan diri pada BBM subsidi Mereka juga shifting ke jenis BBM yang di atas RON 92," ujarnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Pakai QR Code, Tak Bisa Beli BBM Pertalite