Warga RI Mulai Beralih ke BBM Bersih, Ini Buktinya
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Patra Niaga mengungkapkan adanya peralihan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dari jenis subsidi RON 90 atau Pertalite ke BBM non-subsidi. Fenomena ini terjadi menyusul meningkatnya permintaan BBM jenis Pertamax Turbo.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo mengatakan bahwa permintaan Pertamax Turbo meningkat sekitar 76%. Oleh sebab itu, guna memenuhi kenaikan tersebut, pihaknya berupaya maksimal menambah pasokan, baik yang berasal dari kilang maupun melalui impor.
"Jadi untuk Pertamax Turbo ini terjadi peningkatan kurang lebih 76%, sehingga saat ini Pertamina secara maksimal mencoba menambah pasokan baik itu dari kilang maupun dari impor," kata Mars Ega, dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, dikutip Selasa (18/11/2025).
Sementara, permintaan bahan bakar minyak (BBM) jenis subsidi seperti solar subsidi dan juga Pertalite mengalami penurunan hingga Oktober 2025. Hal ini imbas dari pembelian BBM subsidi dengan penggunaan QR Code.
Menurut Mars Ega, penurunan konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia dipengaruhi oleh faktor utama yakni kebijakan digitalisasi melalui wajib QR code dalam pembelian BBM bersubsidi. Hal itu sudah dilakukan secara keseluruhan di SPBU Pertamina.
"Kuota solar sampai dengan Oktober 2025 diperkirakan bisa terkendali under 1,5% dari kuota yang diberikan kepada PT Pertamina Patra Niaga sementara untuk sektor Pertalite diperkirakan under 10% dari kuota 2025," jelasnya.
Asal tahu saja, kuota Pertalite untuk tahun 2025 adalah 31,1 juta kiloliter (KL) dan kuota Solar bersubsidi adalah 17,3 juta KL.
Terpisah, Pj Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun mengatakan target yang ditetapkan oleh Patra Niaga untuk penjualan Pertamax Turbo awalnya sekitar 170 kiloliter (KL) per tahun. Namun saat ini, realisasinya sudah mencapai sekitar 300 ribu KL.
"Pasti nanti dengan adanya Satgas Natal Tahun Baru ini pasti akan meningkat lagi. Jadi let's say mungkin di akhir-akhir tahun ini dia akan bertambah. Tapi kalau secara target memang sampai saat ini memang sudah di atas ya," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman menjelaskan sejak Juli-Agustus 2025 terjadi fenomena yang tidak biasa, yakni adanya pergeseran atau perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap BBM.
"Jadi, konsumen yang tadinya pengguna RON 90 atau Pertalite itu cenderung turun dan beralih kepada RON yang lebih tinggi," terang Laode dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XI DPR, di Gedung DPR, dikutip Jumat (3/10/2025).
Berdasarkan bahan paparan Kementerian ESDM, penjualan harian BBM Pertalite di tahun 2025 ini turun menjadi 76.970 Kilo Liter (KL) dari yang sebelumnya mencapai 81.106 Kilo Liter di tahun 2024. Sementara, penjualan BBM Non Subsidi meningkat di tahun 2025 ini menjadi 22.723 KL dari yang sebelumnya 19.061 KL di 2024.
"Sebenarnya ini kalau dikaitkan dengan besaran kompensasi, maka kompensasi Pertalite itu turun dari Rp 48,9 triliun, diproyeksikan bisa terjadi efisiensi sehingga hanya menjadi RP 36,314 triliun, artinya ada efisiensi sebesar Rp 12,6 triliun dengan adanya shifting ini," ungkap Laode.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Volume Penjualan BBM Pertamina Naik 5,6% Jadi 105 Juta KL di 2024