Kondisi Terkini Nepal: Korban Jiwa Tembus 30, Militer-Gen Z Berunding
Jakarta, CNBC Indonesia - Nepal memasuki fase politik genting setelah gelombang protes besar yang menewaskan 30 orang dan memaksa perdana menteri mengundurkan diri. Tentara pada Kamis (11/9/2025) mengonfirmasi bahwa pembicaraan dengan perwakilan demonstran akan dilanjutkan untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin interim negara Himalaya tersebut.
"Pembicaraan awal sudah dilakukan dan akan berlanjut hari ini. Kami berusaha menormalkan situasi secara perlahan," kata juru bicara militer, Raja Ram Basnet, kepada Reuters.
Tentara juga memastikan pasukannya tetap berjaga di jalan-jalan Kathmandu yang kini relatif tenang setelah kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Kerusuhan bermula dari kebijakan pemerintah yang memberlakukan larangan media sosial, memicu kemarahan publik, terutama kaum muda. Ketika polisi berusaha membubarkan massa dengan gas air mata dan peluru karet, kekerasan pecah dan menewaskan 19 orang dalam hari-hari pertama.
Jumlah korban kemudian meningkat hingga 30 jiwa, dengan 1.033 orang dilaporkan luka-luka menurut Kementerian Kesehatan Nepal.
Unjuk rasa yang populer disebut "protes Gen Z" itu didominasi anak muda yang menuduh pemerintah gagal memberantas korupsi dan menciptakan peluang ekonomi. Amarah massa juga menyasar gedung-gedung pemerintah, termasuk Mahkamah Agung, rumah para menteri, hingga kediaman pribadi mantan Perdana Menteri K.P. Sharma Oli.
Beberapa hotel, termasuk Hilton di Kathmandu dan sejumlah hotel di kota wisata Pokhara, ikut dibakar.
Di tengah situasi tersebut, nama Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung yang juga perempuan pertama memimpin lembaga itu pada 2016, mencuat sebagai calon kuat pemimpin interim. Sejumlah tokoh gerakan mendorong pencalonannya.
"Kami melihat Sushila Karki sebagaimana adanya - jujur, berani, dan tak tergoyahkan," kata Sujit Kumar Jha, pendukung berusia 34 tahun. "Dia adalah pilihan tepat. Ketika kebenaran berbicara, suaranya terdengar seperti Karki."
Menurut sumber yang dekat dengan proses negosiasi, Karki yang kini berusia 73 tahun telah memberi persetujuan, tetapi masih dicari jalur konstitusional untuk melegalkan pengangkatannya.
Meski begitu, di kalangan demonstran masih ada perbedaan pandangan mengenai pencalonan Karki karena sebagian menginginkan kesepakatan bulat.
Saat ini, sejumlah sekolah, perguruan tinggi, dan toko tetap tutup di ibu kota dan sekitarnya. Namun, layanan esensial mulai kembali beroperasi.
Militer menyatakan perintah larangan berkumpul tetap berlaku di Kathmandu dan daerah sekitarnya hampir sepanjang hari. Meski begitu, bandara internasional masih beroperasi normal menurut pejabat setempat.
(luc/luc)