
Diam-Diam Banyak Pabrik Tahan Beli Bahan Baku, Ada Masalah Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arief mengungkapkan, ada banyak perusahaan yang menahan pembelian bahan baku, hal ini terungkap dari variabel produksi yang mengalami kontraksi.
"Bukan berarti semua pabrik berhenti, tapi masih banyak yang produksi namun proses produksinya itu masih ditahan, masih banyak wait and see," kata Febri dalam rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di kantor Kemenperin, Kamis (28/8/2025).
Variabel produksi pada bulan ini berada di level 44,84 atau turun 4,15 poin dibandingkan Juli 2025. Penahanan produksi sejalan dengan dari impor bahan baku. Tercatat tidak ada peningkatan impor bahan baku dan barang konsumsi pada dua bulan terakhir, Juni dan Juli.
Selain faktor kondisi ekonomi global dan domestik, ada kendala pasokan bahan baku, terutama pasokan gas yang sempat menipis, khususnya Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) ke sejumlah industri. Akibatnya pelaku industri was-was sehingga berdampak pada produksi.
"Kami mengapresiasi Menteri ESDM yang sudah bergerak cepat mengantisipasi masalah pasokan gas itu, dan juga memastikan harga gas yang diterima oleh industri itu sesuai dengan regulasi yang ada," kata Febri.
Secara umum, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Agustus 2025 tercatat mencapai 53,55, masih ekspansi dengan peningkatan sebesar 0,66 poin dibandingkan dengan bulan Juli 2025 yang sebesar 52,89. Selain itu, nilai IKI juga meningkat 1,15 poin dibandingkan dengan nilai IKI Agustus tahun lalu yang sebesar 52,40.
Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, terdapat 21 subsektor mengalami ekspansi dan 2 subsektor mengalami kontraksi. Subsektor yang ekspansi memiliki kontribusi sebesar 95,6% terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan II 2025.
"Dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Alat Angkutan Lainnya (KBLI dan Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman (KBLI 18)," kata Febri.
Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Sri Bimo Pratomo menambahkan, variabel produksi dan persediaan Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya mengalami kontraksi dikarenakan masih adanya stok persediaan produk. Sehingga, para pelaku industri mengurangi kapasitas produksi, meskipun pesanan meningkat.
![]() Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif dalam konferensi pers IKI, Kamis (28/8/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi) |
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Kemenperin Wajibkan Industri Setor Data 4 Kali Setahun
