Bukti Nyata Pertamina Sejahterakan Masyarakat Sekitar Kilang Cilacap
Cilacap, CNBC Indonesia - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui Kilang Cilacap tidak hanya menjadi bagian penting dalam rantai kemandirian energi Indonesia, tetapi juga menghadirkan program sosial dan lingkungan seperti program MAMAKU atau Masyarakat Mandiri Kutawaru.
Ketua Kelompok Mamaku, Rato, mengucapkan terima kasih kepada Pertamina Group atas dukungan yang diberikan kepada kelompok masyarakat ini. Bukan hanya memberikan bantuan berupa materil, namun kelompok masyarakat ini juga diberikan pelatihan dan pendampingan agar mandiri.
"Kami di sini bukan hanya diberikan bantuan alat dan lainnya, tapi juga diberikan pelatihan, sampai kami bisa mandiri seperti sekarang. Dari program Mamaku ini, banyak sekali warga yang akhirnya terbantu secara ekonominya," ungkap Rato, Kamis (28/8/2025).
Rato mengatakan apa yang dilakukan Pertamina di MAMAKU sudah dimulai sejak 2020. Menurut Rato, CSR yang dilakukan Pertamina menjadi solusi dari permasalahan banyaknya pengangguran yang berasal dari mantan ABK dan TKI.
Menurutnya, Pertamina juga yang pertama kali melihat potensi untuk budidaya kepiting. Pasalnya Kutawaru dikeliling lautan hingga akhirnya terbentuk kampung kepiting ini. Selama lima tahun ini, menurut Rato Pertamina juga terus mendukung dan ikut bertumbuh bersama dengan program MAMAKU.
"Masyarakat sangat semangat karena kini ada pemasukan, program dari Pertamina sangat berdampak. Terima kasih Pertamina," pungkas Rato.
Bukan cuma Rato, Sri Widowati juga membawa banyak ibu-ibu kini memiliki penghasilan tambahan dengan mengumpulkan minyak jelantah. Sri Widowati adalah Ketua Pengurus Bank Sampah Beo Asri, Cilacap yang bukan hanya mengumpulkan sampah, namun kini juga minyak.
"Untuk rumah tangga seminggu bisa bawa 1-1,5 kg per minggu, sedangkan untuk yang ada usaha makanan, kisaran 5-9 kg per minggu yang kami kasih harga Rp 5.000 per kg untuk minyak jelantah," jelas Sri.
Sri menjelaskan banyak ibu-ibu yang senang dengan cara ini, meski Bank Sampah Beo Asri juga terus berupaya meningkatkan target minyak jelantah yang kini baru 175 kg per minggu. Oleh karena itu juga, Bank Sampah Beo Asri terus bekerja sama dengan pemerintah setempat agar produksi minyak jelantah bisa lebih banyak untuk diserahkan ke Pertamina.
Untuk diketahui, minyak jelantah menjadi salah satu bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang dikembangkan oleh Pertamina di PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap.
Tidak berhenti pada dua program, Kilang Cilacap juga membantu petani di Cilacap, terutama di Desa Kalijaran Mapan. Ketua Gapoktan Margo Sugih, Priyatno mengatakan dengan bantuan Pertamina, petani tidak perlu menunggu musim untuk bisa bertani.
"Dengan bantuan PLTS dari Pertamina kalau dahulu cuma bisa menanam sekali setahun kini kapanpun bisa. Kalau tidak menanam padi, kami bisa tanam holtikulturan juga," jelas Priyantno.
Dia merinci untuk padi, kini masyarakat Kalijaran bisa panen hingga tiga kali untuk padi dan enam kali untuk sayuran. Bukan cuma itu, dengan dukungan alat dari Pertamina, Kelompok Gapoktan Margo Sugih juga bisa memproduksi berat dan pakan ternak sekaligus karena alat canggih yang diberikan.
"Alat canggih ini juga sangat mudah dioperasikan, bukan hanya oleh kaum adam, namun kaum hawa juga bisa mengoperasikan, sangat mudah. Kami sangat berterima kasih pada Pertamina," pungkas Priyatno.
Sebelumnya, Direktur Transformasi & Keberlanjutan Bisnis (TKB) Pertamina Agung Wicaksono mengungkap Kampoeng Kepiting merupakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) Pertamina KPI, didukung oleh Pertamina Foundation. Melalui program TJSL ini, masyarakat menjadi mandiri ekonomi, bahkan mendapat dampak berganda atau multiplier effect, sehingga disebut sebagai program MAMAKU atau Masyarakat Mandiri Kutawaru.
"Dari segi lingkungan, tadi kita telah menanam 800 pohon mangrove. Ini merupakan bentuk bagaimana Pertamina mengembalikan karbon yang teremisi dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama ini di berbagai kegiatan operasional Pertamina, dan dikembalikan ke alam dengan menanam mangrove," ujarnya.
Melalui prinsip keberlanjutan atau environmental, social and governance (ESG), menanam mangrove menjadi bentuk tanggung jawab Pertamina untuk menjadikan lingkungan yang keberlanjutan.
"Pertamina akan terus mendorong bagaimana sustainability atau keberlanjutan akan dilakukan di tempat-tempat di mana Pertamina beroperasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Jadi bukan hanya berdampak pada perusahaan namun juga berdampak baik bagi lingkungan dan sekitar," tambahnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menambahkan, program Mamaku sejalan dengan upaya Pertamina dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya di bidang aksi iklim poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim), serta Asta Cita Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat desa.
"Pertamina berkomitmen pada keberlanjutan, tidak hanya menjaga keberlanjutan bisnis, tetapi dapat berdampak positif bagi keberlanjutan masyarakat dan lingkungan yang sehat," jelas Fadjar.
(rah/rah)