Ini Sosok Transgender Pelaku Penembak Anak-Anak di Gereja SD Katolik
Jakarta, CNBC Indonesia - Penembakan brutal terjadi di sebuah gereja di lingkungan sekolah dasar (SD) Katolik di Minneapolis, Amerika Serikat (AS), Rabu. Dilaporkan dua anak tewas, berusia delapan dan 10 tahun, serta melukai 20 lainnya.
Pelaku melepaskan tembakan melalui jendela kaca patri sekolah ke gereja Sekolah Katolik Annunciation saat misa perayaan tahun ajaran baru dimulai, yang dipenuhi anak-anak, pukul 08.30 pagi waktu setempat. Dilaporkan ia juga diidentifikasi tewas, yang menyebabkan total 3 orang meninggal dalam peristiwa nahas itu.
Lalu siapa pelaku? Bagaimana sosoknya?
Merujuk New York Post, penembak diidentifikasi sebagai seorang perempuan transgender. Ia sebelumnya bernama Robert Westman.
Westman yang berusia 23 tahun, merupakan alumni sekolah tersebut. Ia mengajukan permohonan untuk mengubah nama lahirnya dari Robert menjadi Robin di Dakota County, Minnesota, ketika ia berusia 17 tahun, menurut dokumen pengadilan. P
Perubahan nama tersebut dikabulkan pada Januari 2020. Pengajuan tersebut menambahkan bahwa Westman "mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan dan ingin namanya mencerminkan identitas tersebut".
Sebelum pembantaian ia lakukan di Annunciation, ia diketahui mengunggah serangkaian video di YouTube. Video-video yang diunggah oleh pelaku menunjukkan manifesto tulisan tangan, ada pernyataan "bunuh Donald Trump" serta "demi anak-anak" dengan potret sejumlah senjata.
Ia juga menggunakan aksara Sirilik dan kata-kata fonetik bahasa Inggris. Dalam video itu, pelaku juga menunjukkan kekaguman dan penghormatan ke pelaku menembakkan massal lain bernama Sandy Hook di tahun 2012.
Mengutip laman yang sama merujuk CNN International, ia juga menjelaskan keputusannya untuk menargetkan Annunciation, tempat ia lulus sekolah dasar pada tahun 2017. Ini merujuk buku tahunan yang diperoleh wartawan.
"Saya merasa senang dengan Annunciation. Sepertinya ini kombinasi yang bagus antara serangan yang mudah dan tragedi yang menghancurkan, dan saya ingin melakukan riset lebih lanjut. Saya khawatir menemukan kelompok yang cukup besar. Saya ingin menghindari orang tua, tetapi juga pengantaran sebelum dan sesudah sekolah," tulis halaman lainnya.
"Mungkin saya bisa menyerang sebuah acara di gereja di lokasi," muatnya lagi dengan nada mengancam. "
Saya pikir menyerang sekelompok besar anak-anak yang baru pulang istirahat adalah rencana terbaik saya ... Lalu dari sana saya bisa masuk dan membunuh, terus menyerang selama yang saya bisa."
Diketahui ibu Westmam bekerja sebagai sekretaris sekolah itu hingga pensiun di 2021.
(sef/sef)