Jet Tempur-Drone AS Menuju Pintu Gerbang Korut, Persiapan Perang Asia?
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengerahkan setidaknya satu wahana udara nirawak Reaper, yang mampu melakukan serangan dan pengintaian, di Asia Timur Laut. Hal ini dilakukan di tengah agresi Korea Utara (Korut).
Mengutip gambar yang dirilis oleh militer AS, kantor berita Yonhap melaporkan pada Jumat (22/8/2025) bahwa pesawat tak berawak MQ-9A Reaper, yang dioperasikan dari stasiun kontrol darat, dikerahkan secara bergilir ke Pangkalan Udara Gwangju di wilayah barat daya Korea Selatan (Korsel) bulan lalu.
Gambar-gambar yang dirilis minggu lalu menunjukkan sebuah drone Reaper sedang melakukan pengisian bahan bakar darat dari pesawat KC-130J Korps Marinir AS pada 22 Juli dan lepas landas dari pangkalan udara pada 24 Juli, ketika drone tersebut juga dimuat ke pesawat MC-130 Korps Marinir AS.
"Kedatangan MQ-9 menandai pertama kalinya Korsel menerima pesawat tersebut untuk jangka waktu yang lama," demikian bunyi salah satu keterangan foto, menggunakan nama resmi Korea Selatan (Korsel).
Drone ini, yang dioperasikan oleh tim beranggotakan dua orang di darat, dilengkapi sensor visual untuk penargetan dan dapat dipersenjatai dengan rudal udara-ke-darat dan bom berpemandu laser terhadap target "bernilai tinggi, cepat berlalu, dan sensitif terhadap waktu". Jangkauan terbangnya diklaim mencapai 1.150 mil.
Menyusul peluncuran drone tersebut, AS mengerahkan jet tempur siluman F-35. Dalam sebuah foto yang dirilis Angkatan Udara AS pada Minggu, dua pesawat tempur F-35A terlihat terbang berdampingan dengan jet F-16 dalam skenario latihan pertempuran udara jarak dekat sebagai bagian dari latihan Ulchi Freedom Shield 25.
Dalam unggahan Facebook-nya pada Sabtu, Sayap Serang Angkatan Udara AS ke-163 menggambarkan pengerahan pasukan ini sebagai ajang pelatihan yang mengasah keterampilan dalam operasi tanpa awak, integrasi penerbangan yang aman, dan operasi di wilayah udara Korsel, serta memajukan kesiapan misi "sekarang dan di masa mendatang."
"Sejarah tercipta ketika Wing Serang ke-163 bergabung dengan Angkatan Udara Republik Korea untuk pertama kalinya di Pangkalan Udara (Gwangju), menunjukkan interoperabilitas sejati di Indo-Pasifik," tuturnya.
Penerjunan ini terjadi saat tensi di Semenanjung Korea memanas. Rezim Korut terus melakukan pengembangan senjata dan penumpukan militer sambil berpaling dari upaya jangka panjang untuk mengamankan perdamaian di semenanjung yang terbagi dengan rivalnya, Korsel.
Di bawah perjanjian pertahanan bersama yang ditandatangani pada tahun 1953 setelah penghentian permusuhan dalam Perang Korea, Korsel dilindungi oleh AS untuk mencegah dan membela terhadap agresi Korut. Lebih dari 28.500 personel militer AS ditempatkan di Semenanjung Korea.
Selain pasukan AS yang dikerahkan ke depan Korea dan pencegahan nuklirnya yang diperluas, Pentagon telah secara teratur mengirim unit, termasuk kapal induk, kapal selam bertenaga nuklir, dan pembom supersonik, ke Korsel untuk penempatan.
(tps/luc)