Internasional

Siaga PD3 Pecah di Asia, Negara Ini Produksi 10-20 Nuklir per Tahun

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
26 August 2025 16:35
Korea Utara ini menunjukkan apa yang disebutnya latihan roket yang mensimulasikan serangan balik nuklir terhadap musuh, di tempat yang dirahasiakan di Korea Utara pada Senin, 22 April 2024. Jurnalis independen tidak diberi akses untuk meliput peristiwa yang digambarkan dalam foto ini. gambar yang didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara. Isi gambar ini adalah seperti yang disediakan dan tidak dapat diverifikasi secara independen. Tanda air berbahasa Korea pada gambar yang disediakan oleh sumber berbunyi: "KCNA" yang merupakan singkatan dari Korean Central News Agency. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)
Foto: Korut (AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden baru Korea Selatan (Korsel), Lee Jae Myung, memperingatkan bahwa Korea Utara (Korut) berpotensi memproduksi 10 hingga 20 senjata nuklir setiap tahun. Pernyataan ini muncul di tengah upaya Seoul untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.

Menurut laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) Korut sendiri diperkirakan telah merakit sekitar 50 hulu ledak dan memiliki bahan fisil untuk memproduksi hingga 40 hulu ledak tambahan.

"ICBM yang mampu mencapai Amerika Serikat hampir sepenuhnya dikembangkan, dan mereka terus membangun kapasitas untuk memproduksi sekitar 10 hingga 20 bom nuklir per tahun," kata Lee Jae Myung dalam pidatonya di Pusat Studi Strategis dan Internasional, seperti dikutip AFP, Selasa (26/8/2025).

Lee menekankan bahwa pendekatan garis keras pendahulunya. Termasuk sanksi dan tekanan militer, tidak menghentikan program nuklir Pyongyang.

"Kami telah melakukan upaya untuk menghalangi Korea Utara dan menerapkan sanksi, tetapi hasilnya Korea Utara terus mengembangkan program nuklirnya," ujarnya. "Faktanya adalah jumlah senjata nuklir yang dimiliki Korea Utara telah meningkat selama tiga hingga empat tahun terakhir."

Selain fokus pada pencegahan senjata konvensional, Lee mengatakan Seoul juga berupaya mengurangi langkah-langkah yang dianggap provokatif. Salah satunya adalah penghentian pengumuman anti-Korut melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan militer.

Pernyataan Lee muncul setelah pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam pertemuan itu, Trump mengatakan berharap dapat bertemu kembali dengan pemimpin Korut, Kim Jong Un.


(tfa/șef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Nuklir Ini Hiperinflasi, Duit Segepok Cuma Dapat Minyak Goreng

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular