
Siaga Perang Baru Asia Pecah, Kim Jong Un Marah Besar ke AS & Korsel

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Utara (Korut) akan bereaksi dengan "tindakan balasan yang tegas" jika terjadi provokasi dari latihan militer gabungan antara Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) yang akan datang. Hal ini disampaikan oleh kepala pertahanan Korut pada hari Senin (11/8/2025).
Peringatan ini muncul saat Seoul dan Washington dijadwalkan untuk melaksanakan latihan tahunan mereka, Ulchi Freedom Shield, yang bertujuan untuk membendung Korea Utara yang memiliki senjata nuklir, dari 18 hingga 28 Agustus. Pyongyang mengecamnya sebagai latihan untuk invasi.
"Angkatan bersenjata DPRK akan menghadapi latihan perang AS dan (Korsel) dengan postur tindakan balasan yang menyeluruh dan tegas... pada tingkat hak untuk membela diri," kata Kepala Pertahanan Korut No Kwang Chol dalam pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
AS menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korsel. Kedua sekutu ini secara rutin mengadakan latihan gabungan yang mereka sebut bersifat defensif.
Sebenarnya, akhir-akhir ini Seoul dan Pyongyang tampaknya menuju ke arah pencairan hubungan, dengan kedua belah pihak menghapus pengeras suara propaganda di sepanjang perbatasan. Seoul mengatakan pasukan Korut telah mulai membongkar pengeras suara propaganda yang digunakan untuk menyiarkan kebisingan yang mengganggu di sepanjang perbatasan, beberapa hari setelah pemerintahan baru Seoul membongkar milik mereka sendiri.
Militer Seoul mengatakan pada bulan Juni bahwa kedua negara telah menghentikan siaran propaganda di sepanjang zona demiliterisasi, setelah terpilihnya Presiden Lee Jae Myung, berupaya meredakan ketegangan dengan Pyongyang. Hubungan antara kedua Korea telah berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun di bawah mantan presiden Yoon Suk Yeol, dengan Seoul mengambil garis keras terhadap Pyongyang, yang semakin dekat dengan Moskow setelah serangan Rusia ke Ukraina.
Lee telah mengambil pendekatan yang berbeda dalam berurusan dengan Korut sejak pemilihannya pada bulan Juni. Termasuk meminta kelompok sipil untuk menghentikan pengiriman selebaran propaganda melintasi perbatasan melalui balon.
Perang kedua Korea dimulai sejak tahun 1950-1953. Namun perang itu sejatinya tidak pernah diakhiri dengan perjanjian damai.
(tps/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kim Jong Un Ngamuk, Korut Rilis Warning Perang Nuklir Pertama di Dunia
