Proyek Anti Macet Bandung, Ada LRT & Tol Dalam Kota-Ini Rutenya

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Minggu, 24/08/2025 14:30 WIB
Foto: Kondisi saat ini jalan di sekitar Pintu Tol Padalarang macet parah karena penutupan akses pintu tol. (Dok. KSPI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemacetan di Kota Bandung yang kian parah membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menyiapkan dua proyek besar, yakni pembangunan LRT Bandung Raya dan Tol Dalam Kota Bandung atau Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR). Keduanya tengah dalam tahap kajian mendalam sebelum benar-benar dieksekusi.

Asisten Daerah Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat, Sumasna mengatakan, kajian LRT Bandung Raya masih terus berjalan.

"Kajian proyek LRT Bandung Raya masih berjalan ya, kami terus excercise LRT tersebut," kata Sumasna kepada CNBC Indonesia, Minggu (24/8/2025).


Dia menuturkan, rute LRT yang disiapkan meliputi jalur Barat-Timur (West-East) dan Utara-Selatan (North-South). Namun, jalur Utara-Selatan menjadi prioritas karena tingkat kemacetan yang cukup tinggi.

"Sejauh ini rencananya Barat-Timur dan Utara-Selatan, seperti apa keduanya nantinya, tapi yang utama ya Utara-Selatan," ujarnya.

Rute Utara-Selatan ini dirancang menghubungkan Ledeng hingga Leuwipanjang. Jalur tersebut dipilih lantaran ruas jalan di kawasan ini sempit sementara volume kendaraan roda dua maupun roda empat sangat tinggi.

"Jadi misalkan dari Ledeng ke Leuwi Panjang itu kalau seandainya ada LRT mungkin akan beda. Penggunaan masyarakat tidak harus semuanya gunakan roda 2 atau roda 4 yang akhirnya, karena jalan di kota Bandung khususnya itu kecil-kecil," jelas Sumasna.

Selain LRT, Pemprov Jabar juga menaruh perhatian pada pembangunan Tol Dalam Kota Bandung. Sumasna menuturkan rute Barat-Timur untuk tol ini sudah lama dibahas, namun masih perlu evaluasi mendalam.

Foto: Jalan mulus menghubungkan Soreang-Rancabali-Cidaun. (Dok. Hutama Karya)
Jalan mulus menghubungkan Soreang-Rancabali-Cidaun. (Dok. Hutama Karya)

"Tol Dalam Kota Bandung (BIUTR) masih terus kami kaji ya. Nah, yang kami sedang bahas itu rute Barat-Timur," katanya.

Ia mengakui pembahasan jalur Barat-Timur ini cukup pelik karena berkaitan langsung dengan aspek sosial masyarakat.

"Lintas Barat-Timur itu sudah PR lama. Memang kemarin ada PR yang harus kami selesaikan di cara mengeksekusinya. Dan ini melibatkan kementerian juga, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum," tutur Sumasna.

Lebih jauh, ia menegaskan ada banyak dinamika yang masih harus diselesaikan, mulai dari resistensi warga hingga dampak sosial. "Kami juga berharap ini bisa diakselerasi. Terlepas dari dinamikanya ya, biasanya suka ada ya. Dinamikanya apakah urusan sosialnya atau urusan-urusan lain. Urusan sosial misalnya ketika tol ini dibangun, ke dalam umum ada asistensi. Terus lintasan, ternyata ada resitensi juga," ungkapnya.

Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengkaji proyek ini setelah Bandung dinobatkan sebagai kota termacet di Indonesia. Berdasarkan laporan, rata-rata perjalanan per 10 kilometer di Bandung butuh waktu 32 menit 37 detik. Tingkat penyumbatan arus lalu lintas mencapai 48% dengan waktu hilang per tahun pada jam sibuk sekitar 108 jam.

Tol Dalam Kota Bandung sendiri sudah masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak masa Presiden Joko Widodo, dengan nilai investasi mencapai Rp7,83 triliun. Rencananya, konstruksi dimulai pada 2026. Jalur awalnya dari Gerbang Tol Pasteur, melewati Jalan Pasupati dan Jalan Gasibu, lalu berakhir di Simpang Susun Cileunyi.

Ada dua opsi rute yang disiapkan: alternatif pertama melewati Cicaheum, sementara alternatif kedua lewat Jalan Supratman hingga Jalan Antapani. Proyek ini diharapkan bukan hanya mengurai kemacetan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperlancar distribusi barang di Jawa Barat, khususnya Bandung.

Dengan begitu, baik LRT maupun Tol Dalam Kota Bandung digadang-gadang menjadi dua solusi kunci untuk mengurai simpul kemacetan di kota kembang yang semakin mengkhawatirkan.


(chd/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Tanah di Kota Bandung Tembus Rp 60 Juta/m2