Internasional

Perang Saudara Makin Brutal, 141 Warga Sipil Dibantai

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 August 2025 20:10
Petugas kesehatan menangani pasien yang baru dirawat dengan dugaan luka tembak di rumah sakit CBCA Ndosho menyusul meningkatnya pertempuran antara pemberontak M23 dan Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo (FARDC), di kota Sake, dekat Goma, di bagian timur Republik Demokratik Kongo, 23 Januari 2025. (REUTERS/Arlette Bashizi)
Foto: Petugas kesehatan menangani pasien yang baru dirawat dengan dugaan luka tembak di rumah sakit CBCA Ndosho menyusul meningkatnya pertempuran antara pemberontak M23 dan Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo (FARDC), di kota Sake, dekat Goma, di bagian timur Republik Demokratik Kongo, 23 Januari 2025. (REUTERS/Arlette Bashizi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari 140 warga sipil tewas dalam serangan kelompok bersenjata M23 yang didukung Rwanda di Kongo timur pada Juli lalu. Temuan ini diungkap Human Rights Watch (HRW) dalam laporan terbarunya yang dirilis Rabu (20/8/2025).

"Kelompok bersenjata M23, yang didukung pemerintah Rwanda, menyerang lebih dari selusin desa dan lahan pertanian pada bulan Juli dan melakukan puluhan eksekusi singkat terhadap warga sipil, sebagian besar etnis Hutu," kata Clementine de Montjoye, peneliti senior HRW, dikutip dari keterangan resmi, seperti dikutip The Associated Press.

Menurut laporan HRW, sebanyak 141 orang dikhawatirkan tewas atau hilang setelah serangan di dekat Taman Nasional Virunga, Provinsi Kivu Utara. Kesaksian menyebut tentara M23 memaksa warga menguburkan jenazah korban di ladang, atau membiarkannya tergeletak, sehingga keluarga tidak bisa mengurus pemakaman.

Seorang perempuan yang selamat menggambarkan dirinya digiring bersama 70 orang lain ke tepi sungai dekat Kafuru. Tentara kemudian melepaskan tembakan, menewaskan 47 orang termasuk anak-anak.

HRW juga menyebut Pasukan Pertahanan Rwanda terlibat dalam operasi M23, berdasarkan informasi saksi, sumber PBB, dan militer. Namun, pemerintah Rwanda belum memberikan komentar.

Di sisi lain, juru bicara militer M23 Willy Ngoma membantah laporan HRW dan menyebutnya sebagai "propaganda militer".

Amnesty International turut merilis laporan terpisah yang menuduh baik M23 maupun milisi yang didukung pemerintah Kongo melakukan kekejaman massal, termasuk pemerkosaan massal.

"Rwanda dan Kongo tidak dapat terus-menerus menghindari tanggung jawab; mereka harus meminta pertanggungjawaban semua pelaku," kata Tigere Chagutah, Direktur Regional Amnesty International untuk Afrika Timur dan Selatan.

PBB menyebut konflik yang telah berlangsung puluhan tahun di Kongo timur sebagai "salah satu krisis kemanusiaan paling berlarut-larut dan serius di dunia."

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Saudara Menggila di Negara Ini, Istana Presiden Diperebutkan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular