Internasional

AS Turun Tangan di Perang Saudara Ini, Incar Sumber Harta Karun Baru

luc, CNBC Indonesia
02 May 2025 14:10
Residents of Bambo in Rutshuru territory, 60 kilometers north of Goma, the capital of North Kivu, eastern Democratic Republic of Congo, flee as the M23 attacked the town on October 26, 2023. Around noon, M23 rebels, supported by the Rwandan army according to the UN, the USA and the European Union, attacked the town of Bambo with mortars, causing several thousand inhabitants to flee. Hundreds of Congolese soldiers, police officers and proxy militiamen were seen joining the population as they tried to escape the fighting. Several civilians were killed and wounded in the fighting, according to medical sources on the spot. The M23 has captured swathes of territory in North Kivu province since 2021, forcing more than a million people to flee. (Photo by ALEXIS HUGUET / AFP)
Foto: AFP/ALEXIS HUGUET

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat tengah memfasilitasi kesepakatan damai antara Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Rwanda, yang direncanakan akan ditandatangani di Gedung Putih dalam dua bulan mendatang.

Kesepakatan ini akan disertai dengan perjanjian bilateral di sektor mineral, membuka jalan bagi investasi miliaran dolar dari perusahaan-perusahaan Barat di wilayah yang kaya akan sumber daya alam tersebut.

Massad Boulos, penasihat senior Presiden Donald Trump untuk urusan Afrika, mengungkapkan bahwa perjanjian damai ini akan menjadi langkah penting dalam mengakhiri konflik berkepanjangan di wilayah timur Kongo.

"Ketika kami menandatangani perjanjian damai... kesepakatan mineral dengan DRC akan ditandatangani pada hari yang sama, dan paket serupa, meskipun dengan skala berbeda, akan ditandatangani dengan Rwanda," ujar Boulos dalam wawancara di Doha, dilansir Reuters, Jumat (2/5/2025).

Wilayah timur Kongo telah lama dilanda konflik, dengan kelompok pemberontak M23 yang didukung oleh Rwanda menguasai beberapa area kaya mineral seperti tantalum dan emas. Rwanda membantah mendukung kelompok tersebut.

Kesepakatan damai ini diharapkan dapat menghentikan kekerasan dan membuka peluang bagi investasi asing dalam sektor pertambangan dan infrastruktur.

Sebagai bagian dari proses perdamaian, Kongo dan Rwanda diharapkan menyerahkan draf perjanjian damai masing-masing pada Jumat, sesuai dengan kesepakatan yang dicapai di Washington pekan lalu.

Pertemuan lanjutan antara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dengan menteri luar negeri kedua negara dijadwalkan berlangsung di Washington pertengahan Mei untuk menyepakati draf final perjanjian damai.

Namun, sebelum perjanjian ini dapat ditandatangani, kedua negara harus menyelesaikan perjanjian ekonomi bilateral dengan Washington. Perjanjian ini akan memungkinkan perusahaan-perusahaan AS dan Barat untuk berinvestasi dalam proyek pertambangan dan infrastruktur di Kongo dan Rwanda, termasuk pengolahan mineral di Rwanda.

"Kesepakatan dengan DRC memiliki skala yang jauh lebih besar, karena negara ini lebih besar dan memiliki lebih banyak sumber daya, tetapi Rwanda juga memiliki banyak potensi dalam bidang pertambangan," kata Boulos.

Boulos menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan AS dan Barat telah menyatakan kesediaan mereka untuk melakukan investasi bernilai miliaran dolar di wilayah tersebut setelah kesepakatan mineral ini ditandatangani. Namun, Washington mengharapkan kedua negara untuk mengatasi sejumlah kekhawatiran keamanan sebelum upacara penandatanganan di Gedung Putih dapat dilaksanakan.

Misalnya, Rwanda harus menarik pasukannya dari Kongo dan menghentikan dukungannya terhadap pemberontak M23, sementara Kongo harus menangani kekhawatiran keamanan Rwanda terkait milisi seperti Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Rwanda (FDLR).

Untuk memantau kemajuan kedua negara menuju kesepakatan damai, sebuah komite tindak lanjut telah dibentuk pada Rabu, yang mencakup AS, Qatar, Prancis, dan Togo, yang mewakili Uni Afrika.

Kesepakatan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas eksploitasi mineral ilegal dari Kongo oleh Rwanda.

Laporan PBB dan berbagai sumber menyebutkan bahwa sekitar 120 ton coltan diselundupkan ke Rwanda setiap bulan, dengan sebagian besar berasal dari wilayah yang dikuasai oleh M23. Meskipun Rwanda membantah tuduhan ini, data menunjukkan lonjakan tajam dalam ekspor mineral Rwanda, yang sebagian besar diduga berasal dari DRC.

Sementara itu, dilansir Financial Times, perusahaan pertambangan seperti KoBold Metals, yang didukung oleh investor ternama seperti Bill Gates dan Jeff Bezos, telah memperluas operasi mereka ke DRC.

Menggunakan kecerdasan buatan untuk menemukan deposit mineral yang belum dimanfaatkan, KoBold berencana untuk mengeksplorasi lithium, tembaga, dan kobalt-sumber daya penting untuk transisi energi. Langkah ini sejalan dengan kepentingan strategis AS untuk mengurangi ketergantungan pada China dalam hal mineral penting.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Saudara Menggila di Negara Ini, Pasukan Pemerintah Kocar-kacir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular