Siap Siaga! BRIN: 30 Juta Orang Warga Jawa Terancam Tsunami Raksasa

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Senin, 18/08/2025 17:00 WIB
Foto: Segmen Megathrust di Indonesia. (Dok. BRIN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Riset dan Invoasi Nasional (BRIN) menunjukkan bukti ilmiah keberadaan tsunami raksasa yang pernah melanda selatan Jawa ribuan tahun lalu. Tsunami masih berpotensi terjadi kembali sehingga perlu diantisipasi 30 juta lebih masyarakat pesisir selatan Jawa.

Mengutip keterangan resmi BRIN, yang diterbitkan (5/8/2025), salah satu temuan krusial BRIN adalah lapisan sedimen tsunami purba berumur 1.800 tahun yang ditemukan di berbagai titik di sepanjang selatan Jawa. Seperti di Lebak, Pangandaran, hingga Kilon Progo.

Riset itu dilakukan untuk menjadi peringatan akan potensi ancaman megatsunami yang masih membayangi kawasan padat penduduk itu. Kajian Paleotsunami adalah kajian ilmiah untuk mengenali kejadian tsunami purba yang tidak tercatat dalam sejarha manusia.


Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN mengatakan, penyerapan lapisan sedimen ini meluas di banyak lokasi selatan Jawa. Ini menunjukkan jejak hasil dari tsunami raksasa yang disebabkan gempa megathrust berkekuatan magnitudo hingga 9.0 atau lebih.

"Ini bukan satu-satunya, jejak tsunami raksasa lainnya ditemukan berumur sekitar 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu," katanya, dikutip Senin (18/8/2025).

Riset paleotsunami, lanjut Purna, dilakukan melalui pengamatan lapangan. Seperti di lingkungan rawa dan laguna, dimana, sedimen laut yang terbawa oleh gelombang tsunami lebih mudah dikenali dan terawetkan di lingkungan tersebut.

Endapan tsunami itu juga dibuktikan melalui analisis lanjutan seperti uji mikrofauna, kandungan unsur kimia, hingga pentarikhan umur radiokarbon.

"Tantangannya adalah tak semua endapan tsunami purba bisa bertahan utuh dan terawetkan dengan baik, dan membedakan dengan sedimen akibat proses-proses lain seperti banjir atau badai pun memerlukan kehati-hatian," tambahnya.

Peringatan BRIN

Temuan tersebut menunjukkan bahwa tsunami raksasa di wilayah selatan Jawa bersifat berulang, dengan siklus sekitar 600-800 tahun.

"Ini artinya, bukan soal apakah tsunami besar akan terjadi, tapi kapan," tegas Purna.

Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan lebih dari 30 juta orang akan terekspos di wilayah pesisir selatan Jawa pada 2030, ancaman ini perlu menjadi perhatian serius.

BRIN juga menyoroti bahwa pembangunan infrastruktur di selatan Jawa, seperti bandara, pelabuhan, dan kawasan industri belum sepenuhnya mengintegrasikan risiko tsunami.

"Jika tidak dirancang dengan mempertimbangkan sejarah bencana, dampaknya akan sangat besar, baik dari sisi korban jiwa maupun kerugian ekonomi," ujarnya.

Dengan semakin banyak dibangunnya infrastruktur strategis di selatan Jawa, kawasan sekitarnya pun ikut berkembang, ditandai dengan semakin banyaknya fasilitas seperti hotel, restoran, hingga destinasi wisata baru akan ikut bermunculan.

"Peningkatan aktivitas ini, meski memberikan dampak positif dari sisi ekonomi, juga secara tidak langsung menambah kerentanan wilayah terhadap potensi bencana tsunami," tambahnya.

BRIN menjelaskan, studi dapat menjadi fondasi dalam penetapan kebijakan tata ruang dan mitigasi bencana. Khususnya menyusun rencana penetapan zona rawan, penentuan lokasi dan jalur evakuasi.

Lebih lanjut, dia mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada dan mengikuti arahan dari pemangku kepentingan di daerah masing-masing. Khususnya saat terjadi gempa yang kuat di dekat pantai.

"Kalau terjadi gempa kuat di dekat pantai, jangan tunggu sirine atau pemberitahuan. Segera evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Alam sering memberi sinyal pertama, dan kesiapsiagaan adalah kunci keselamatan," pesannya.

Menurutnya riset ini diharapkan dapat membangun budaya sadar risiko terhadap bencana. Khususnya tsunami yang tak bisa dicegah.

"Tsunami mungkin tak bisa dicegah, tapi korban jiwa dan kerugian bisa kita minimalisir dengan pengetahuan dan kesiapan," tuturnya.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gempa Rusia Ancam Tsunami di Jepang hingga Batu Bara Kian Mahal