Prabowo Optimistis RI Segera Masuk OECD

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
15 August 2025 16:05
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan paparan dalam Rapat Paripurna RUU APBN Tahun Anggaran 2026 dan Nota Keuangan di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Jumat (15/8/2025). (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)
Foto: Presiden Prabowo Subianto menyampaikan paparan dalam Rapat Paripurna RUU APBN Tahun Anggaran 2026 dan Nota Keuangan di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Jumat (15/8/2025). (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Prabowo Subianto menyebut optimismenya bahwa RI bisa menjadi anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). OECD adalah kelompok negara beranggotakan 38 negeri dengan kapasitas ekonomi besar dan mayoritas negara-negara maju menguasai 3/4 atau 75% aktivitas perdagangan dunia.

"Kita juga sedang daftar di OECD. InsyaAllah diterima," katanya saat Rapat Paripurna DPR ke-1, dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI tentang APBN Tahun 2026, Jumat (15/8/2025).

Hal ini disinggung Prabowo saat menyebut bagaimana prinsip "my country first" kini menguasai dunia. Prinsip itu, ujarnya, semakin dominan dan menimbulkan "biaya tinggi" bagi negara-negara lain.

"Tensi geopolitik memanas, perang fisik di mana-mana, perang tarif jadi ancaman ekonomi global," ujar Prabowo.

"Tata kelola dunia berubah drastis, prinsip 'my country first' menjadi semakin dominan menekan ekonomi dan timbulkan biaya tinggi bagi seluruh negara," tambahnya.

Meski demikian, tambahnya, Indonesia tetap berhasil memperjuangkan kepentingan sosialnya di panggung internasional. Dengan Amerika Serikat (AS), misalnya, ia mengatakan pemerintah berhasil melakukan negosiasi tarif menjadi lebih rendah, dari awalnya 32% menjadi 19%.

"Tentunya ini masih merupakan tantangan dan kita terus harus siapkan diri untuk keadaan di masa depan yang lebih berat untuk kita," tambahnya lagi.

Ia juga menyebut bagaimana RI juga berhasil merampungkan perjanjian perdagangan dengan Eropa melalui Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Ia juga menyinggung bagaimana aktifnya RI di BRICS, G-20, dan ASEAN.

"Negosiasi bebas tarif indonesia UE, IEU-CEPA sudah kita selesaikan setelah 10 tahun. Perundingan yang tidak selesai-selesai, kita berhasil melakukan terobosan pada tahun ini justru di saat ada tantangan dan cobaanyang lebih besar lagi," katanya.

"Di forum multilateral, dalam BRICS dalam G20 dan ASEAN, Indonesia terus hadir."

Sebelumnya Juli lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto buka-bukaan ihwal keuntungan yang akan diperoleh Indonesia bila akhirnya diterima sebagai negara anggota OECD. Ia mengatakan, keuntungan pertama ialah semakin terbuka lebarnya pasar-pasar tujuan ekspor baru bagi Indonesia.

"Jadi tentu OECD ini bisa menjadi buffer karena ini 3/4 daripada global trade. Tentu kita berharap bahwa perdagangan kita dengan 3/4 negara ini setelah Indonesia diterima aksesinya, maka negara-negara ini terbuka terhadap produk-produk barang dan jasa dari Indonesia," katanya..

Keuntungan kedua, ia menilai, Indonesia akan mendapatkan sumber dana-dana investasi baru dengan bergabung ke dalam OECD. Sebab, OECD memiliki ketentuan terhadap seluruh negara anggotanya untuk menyesuaikan kebijakan berstandar negara maju.

"Nah tentu kita melihat bahwa jangka pendek persepsi dan minat investasi terhadap negara-negara yang mempunyai best practice sama itu relatif seharusnya bisa lebih cepat dan lebih tinggi walaupun sekarang kondisi daripada perekonomian global sedang tidak baik-baik saja," paparnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Sebesar 4,9%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular