Internasional

Trump Ultimatum Putin di Alaska, Hentikan Perang atau...

luc, CNBC Indonesia
14 August 2025 06:30
U.S. President Donald Trump and Russia's President Vladimir Putin shake hands as they meet in Helsinki, Finland July 16, 2018. REUTERS/Kevin Lamarque
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin akan menghadapi "konsekuensi yang sangat berat" jika menolak menyepakati gencatan senjata dalam perang Ukraina pada pertemuan puncak KTT di Anchorage, Alaska, Jumat (15/8/2025).

Pesan keras itu disampaikan Trump usai melakukan pembicaraan lewat sambungan video dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan sejumlah pemimpin Eropa.

Dalam konferensi pers di Washington, Rabu (13/8/2025), Trump mengatakan pertemuan dengan Putin di Alaska bersifat penjajakan awal untuk menguji kesiapan Moskow menandatangani gencatan senjata sementara. Ia juga membuka peluang menggelar pertemuan kedua dengan melibatkan Zelensky jika pembicaraan awal berjalan baik.

"Jika yang pertama berjalan oke, kita akan adakan yang kedua segera. Saya ingin melakukannya hampir langsung, dan akan ada pertemuan cepat antara Presiden Putin, Presiden Zelensky, dan saya, jika mereka menginginkan saya hadir," ujarnya, dilansir The Guardian.

Trump menegaskan bahwa dirinya tidak akan membuat konsesi teritorial tanpa persetujuan penuh dari Kyiv.

Dalam pertemuan daring selama satu jam yang dihadiri para pemimpin Jerman, Inggris, Prancis, Italia, Polandia, Finlandia, serta Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Trump meyakinkan bahwa gencatan senjata adalah prioritas.

"Saya memberi nilai 10 dari 10 untuk panggilan tersebut," kata Trump mengenai diskusi itu.

Kanselir Jerman Friedrich Merz, yang berbicara bersama Zelensky di Berlin, menyatakan Eropa menginginkan Trump sukses di Alaska, namun menegaskan bahwa kepentingan Ukraina dan Eropa harus tetap dilindungi. Ia menyerukan gencatan senjata 30 hari sebelum dimulainya pembicaraan substantif.

"Jika tidak ada pergerakan di pihak Rusia di Alaska, maka AS dan Eropa harus meningkatkan tekanan," ujarnya, menegaskan bahwa tidak ada pengakuan hukum atas kepemilikan Rusia terhadap wilayah Ukraina.

Prancis, Inggris, dan Jerman, selaku ketua bersama "koalisi negara-negara pendukung", kembali menegaskan prinsip bahwa perbatasan internasional tidak boleh diubah dengan kekerasan, dan Ukraina harus memiliki jaminan keamanan yang "kuat dan kredibel" untuk mempertahankan kedaulatan serta integritas teritorialnya. Mereka juga menyerukan sanksi ekonomi tambahan jika Rusia menolak gencatan senjata.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menambahkan bahwa tidak ada pembahasan serius mengenai pertukaran wilayah Rusia-Ukraina, dan Trump menegaskan hal itu hanya bisa dinegosiasikan dengan Kyiv. Macron juga menyebut Trump siap memperjuangkan pertemuan trilateral AS-Rusia-Ukraina di Eropa.

Meski demikian, seorang diplomat Eropa mengingatkan bahwa masih ada kekhawatiran apakah Trump akan mematuhi "naskah" yang disepakati ketika berada di ruang pertemuan dengan Putin.

Para pemimpin Eropa, yang tidak diundang ke Alaska, khawatir Trump akan memberikan konsesi yang mengorbankan kedaulatan Ukraina demi memperbaiki hubungan Washington-Moskow.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Mulai Tekan Rusia, Bukti Bayang-Bayang Pengaruh Trump atas Putin?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular